Kemudian atraksi budaya, meliputi Tari Sigale-gale, menenun Ulos, rumah Bolon, kebudayaan Tobayang, kampung Siallagan, serta Desa Suhi Suhi. Ada pula pemancingan, atraksi gajah di kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) hutan pinus, Taman Eden 100, dan lain-lain.
Sementara itu, Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan pihaknya menetapkan target 20 juta wisman dan 275 juta wisnus di tahun 2019. Untuk mencapai target tersebut, Kemenpar memiliki strategi marketing menggunakan pendekatan DOT (Destination, Original, dan Time).
Strategi lain yakni promosi dengan BAS (Branding, Advertising, dan Selling), dan strategi media dengan pendekatan POSE (Paid Media, Owned Media, Social Media, Endorser).
Terutama pada pasar utama, misalnya dengan berpartisipasi pada event pameran pariwisata Internasional untuk mempromosikan Wonderful Indonesia.
“Strategi DOT difokuskan pada 10 destination branding Bali Baru dengan 3A, yakni Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas. Diantaranya adalah Great Jakarta, Great Bali, Great Kepri, Joglosemar (Yogyakarta, Solo, dan Semarang), Bunaken - Wakatobi – Raja Ampat, Medan, Lombok, Makassar, Bandung, dan Banyuwangi," ungkapnya.
Dasar pemilihan kesepuluh destination branding adalah dari kelayakan destinasi. Kelayakan itu dinilai dari kesiapan aksesibilitas, amenitas dan atraksi di destinasi. Pertimbangan lain, melihat komitmen kepala daerah di destinasi, terutama untuk mempromosikan daerahnya keluar negeri.
Adapun 10 destinasi pariwisata prioritas yang dimaksud yaitu Borobudur, Danau Toba, Bromo Tengger Semeru, Pulau Komodo, Pulau Seribu, Tanjung Kelayang, Mandalika, Wakatobi, Morotai dan Tanjung Lesung.