Suara.com - Operasi hidung atau rhinoplasty merupakan tindakan bedah yang dilakukan untuk mengubah bentuk hidung atau memperbaiki fungsinya.
Ditulis Healthline, operasi hidung bisa dilakukan atas dasar ingin memperindah penampilan, tapi bisa juga dilakukan atas dasar kesehatan. Masalah kesehatan yang dimaksud adalah masalah pernapasan yang berhubungan dengan hidung atau kerusakan bentuk hidung akibat cacat lahir atau benturan.
Dikutip Suara.com dari Antara, tindakan operasi hidung bisa meliputi perubahan ukuran, sudut, menegakkan batang hidung, membentuk ujung hidung dan menyempitkan lubang hidung.
Semua jenis operasi atau pembedahan termasuk operasi hidung, memiliki risiko seperti pendarahan atau reaksi anestesia. Operasi hidung bisa meningkatkan risiko kesulitan pernapasan, mimisan, hidung terasa kebal, hidung asimetris dan luka.
Operasi hidung bisa dilakukan di rumah sakit atau kantor dokter. Biasanya pasien bisa langsung pulang tanpa harus dirawat di rumah sakit. Dokter akan memberi bius total atau lokal. Bius total membuat pasien betul-betul tak sadarkan diri selama operasi, sementara bius lokal hanya membuat wajah pasien mati rasa.
Setelah bius bekerja, dokter akan membuat sayatan di antara atau di dalam lubang hidung, lalu memisahkan kulit dari tulang rawan dan mulai membentuknya.
Jika hidung baru butuh sedikit tambahan tulang rawan, dokter mungkin mengambilnya dari telinga atau bagian dalam hidung. Cangkok tulang bisa dipilih bila kebutuhannya lebih banyak.
Prosedur ini berlangsung antara satu hingga dua jam, lebih lama bila operasinya sulit.
Setelah operasi, dokter akan memasangkan pelindung hidung untuk sepekan pertama. Pelindung ini membantu bentuk hidung baru tetap terjaga sembari luka operasi sembuh.
Baca Juga: Reisa Ingatkan Kita: Mengulang Lagi Kalimat yang Sama, Sudah Terlalu Banyak
Akan ada pembengkakan dan memar di sekitar mata yang bakal membaik pada hari ketiga. Namun efek samping itu bisa berlangsung hingga dua pekan.