5 Tips Jaga Kesehatan Kulit Pada Penderita Covid-19 Saat Jalani Isoman

Jum'at, 23 Juli 2021 | 19:45 WIB
5 Tips Jaga Kesehatan Kulit Pada Penderita Covid-19 Saat Jalani Isoman
Ilustrasi skincare.

Suara.com - Rasa khawatir dan cemas yang tak terhindarkan saat penderita Covid-19 menjalani isolasi mandiri merupakan hal umum yang sering muncul. Namun, Dermatologis ZAP Clinic dr. Novi Junita, M.Biomed, Sp.KK mengungkap jika hal tersebut dapat memengaruhi kondisi kulit.

Menurutnya, perasaan tersebut mampu memicu timbulnya perasaan stres yang akan direspon tubuh dengan produksi hormon kortisol dan androgen berlebih. Perpaduan kedua hormon yang bekerja lebih aktif ini mampu meningkatkan aktivitas kelenjar minyak serta inflamasi pada kulit wajah, sehingga muncullah komedo dan jerawat. 

"Selain itu, stres juga dapat memberikan efek negatif lain pada kulit, seperti gangguan regenerasi kulit menyebabkan kulit kusam, gangguan permeabilitas kulit sehingga kulit menjadi kering, gangguan imunitas kulit yang mengakibatkan kulit mudah mengalami peradangan," jelas dia dalam diskusi virtual kemarin, Kamis (22/7/2021).

Ilustrasi kesehatan kulit. (Elements Envato)
Ilustrasi kesehatan kulit. (Elements Envato)

Lebih lanjut, dr. Novi mengungkap, jika hal ini juga dapat memperlambat kesembuhan dan kambuhnya penyakit kronis kulit pada seseorang yang menjalani isoman seperti dermatitis seboroik, dermatitis atopik, psoriasis, neurodermatitis, dan lainnya. Bahkan, stres juga mampu mempercepat proses penuaan kulit. 

Untuk menjaga kesehatan kulit selama penderita Covid-19 melakukan isolasi mandiri, berikut beberapa tips yang disampaikan dr. Novi, yang bisa kamu ikuti. 

1. Berjemur di bawah sinar matahari

Sinar UVB mampu memicu kulit membentuk vitamin D yang berfungsi sebagai imunomodulator sehingga meningkatkan sistem imunitas kulit dan tubuh, mengurangi inflamasi serta mempercepat proses penyembuhan. 

Berjemur di bawah sinar matahari sebaiknya dilakukan maksimal jam 10 pagi. Pastikan untuk mengekspos area kulit seluas mungkin agar sinar matahari dapat terserap maksimal.

“Lamanya durasi berjemur bergantung pada usia dan tipe kulit individu masing-masing. Untuk mereka yang berkulit terang dan berusia muda cukup dilakukan selama 10-15 menit. Tapi mereka yang berkulit gelap dan berusia lanjut membutuhkan durasi berjemur yang lebih lama, yaitu minimal 30 menit untuk meningkatkan kadar vitamin D dalam kulit,” terang dr. Novi.

Baca Juga: Rencana Wali Kota Surabaya Jadikan Gedung Sekolah Tempat Isoman Ramai-ramai Dikecam Warga

2. Penggunaan sunblock saat berjemur

Penggunaan sunblock pada wajah saat berjemur sempat diperdebatkan di media sosial. Merespon hal ini, dr. Novi mengungkapkan jika memang benar penggunaan sunblock dengan SPF 30 atau lebih akan menghalangi penyerapan sinar matahari 95-98 persen.

Namun, dia menekankan jika luas area kepala hanya sebesar 9 persen dari luas seluruh permukaan tubuh sehingga penggunaan sunblock di area wajah saja tidak akan memberikan perbedaan signifikan dalam pembentukan vitamin D pada kulit. 

Sebagai alternatifnya, topi dan kacamata juga dapat digunakan untuk melindungi area kepala, wajah dan mata dari radiasi sinar UV.

3. Telemedicine terbukti akurat untuk diagnosis masalah kulit

Telemedicine. (Elements Envanto)
Telemedicine. (Elements Envanto)

Akurasi diagnosis teledermatologis (telemedicine dengan dermatologis) memiliki sensitivitas 73-97 persen dan spesifisitas 73-83 persen. Dengan kata lain, teledermatologi dapat menjadi alternatif bagi penderita Covid-19 yang tengah isoman agar tetap mendapatkan pengobatan. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI