1. Ketegangan Meningkat
Pasangan yang kasar sering menyerang sebagai respons terhadap stresor eksternal. Apa pun dapat memicu ketegangan, mulai masalah keluarga, masalah di tempat kerja, penyakit fisik, kelelahan.
Frustrasi dan ketidakpuasan meningkat dari waktu ke waktu, sering kali mendorong perasaan tidak berdaya, ketidakadilan, kemarahan, dan paranoia. Saat merasakan ketegangan yang membara, korban biasanya akan mencoba mencari cara untuk menenangkan pasangan yang kasar dan mencegah terjadinya pelecehan.
Perempuan mungkin merasa cemas, waspada, dan sangat waspada terhadap kebutuhan potensial mereka. Berusaha untuk tidak membuat mereka marah, dan melakukan upaya ekstra untuk memberikan dukungan fisik dan emosional.
2. Insiden Kekerasan
Pelaku akhirnya melepaskan ketegangan ini pada orang lain, mencoba untuk mendapatkan kembali kekuasaan dengan membangun kontrol. Penyalahgunaan mungkin melibatkan: penghinaan atau pemanggilan nama, ancaman bahaya atau perusakan properti, mencoba mengendalikan perilaku pasangan, kekerasan seksual atau fisik, hingga manipulasi emosi.
Mereka mungkin menuduh korban membuat mereka marah atau menyalahkan pasangan mereka atas masalah hubungannya. Ingatlah bahwa orang memilih untuk melecehkan orang lain. Ketegangan apa pun yang mereka alami dapat membantu menjelaskan kekerasan tersebut, tetapi hal itu sulit untuk diterima.
3. Rekonsiliasi
Setelah insiden kekerasan, ketegangan secara bertahap mulai memudar. Dalam upaya untuk melewatinya, pelaku sering menggunakan kebaikan, hadiah, dan gerakan penuh kasih untuk sampai pada tahap "bulan madu".
Baca Juga: Selain Suka Sewa Mobil demi Konten, Sales Supercar Ngaku Rizky Billar Genit padanya
Perilaku setia ini dapat memicu pelepasan dopamin dan oksitosin, membantu korbam merasa lebih terikat dan membuat pasangan percaya bahwa hubungan "asli" dan "normal" mereka telah kembali.