Apa yang Salah dengan Pendidikan Karakter?

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 12 Mei 2023 | 09:06 WIB
Apa yang Salah dengan Pendidikan Karakter?
Praktisi pendidikan Dr Novianty Elizabeth Ayuna, SH, MPd diapit para siswa. (Foto: Dok. Sekolah Putra Pertiwi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

“Kedua kasus perundungan yg terjadi di Jakarta dan Medan menunjukkan dengan sangat jelas tentang kegagalan pendidikan oleh keluarga. Kedua kasus itu membuktikan betapa kurangnya kesempatan anak berkumpul dengan orang tua membangun keluarga sebagai miniatur masyarakat yang damai dan menerapkan nilai-nilai sosial yang positif. Keluarga yang lebih mengedepankan hidup mewah, anak dididik dengan suasana materialistik yang justru kontraproduktif dalam menanamkan nilai sosial yang luhur. Demikian juga dengan kasus di Medan. Bahkan orang tua yang merupakan penegak hukum memfasilitasi bullying oleh anaknya. Sangat ironis,” imbuhnya.

Novianty melihat kelemahan pendidikan karakter bagi generasi muda disebabkan kurang berfungsinya sentra ketiga, yaitu masyarakat.

Salah satu peran masyarakat dalam pembentukan karakter yg menjadi jati diri bangsa adalah sikap keteladanan yang seharusnya diperlihatkan oleh tokoh tokoh masyarakat baik formal maupun informal.

Sayangnya tidak banyak tokoh yang bisa dihadirkan sebagai teladan bagi generasi muda.

Para tokoh justru banyak yg bertikai saling serang bahkan dengan menggunakan bahasa kurang santun dan menunjukan arogansi.

Hal itulah yang memfasilitasi tumbuhnya sikap intoleransi dalam jiwa generasi muda.

Novianty juga melihat perkembangan dunia media sosial yang tidak bisa dibendung, menjadikan generasi peserta didik dapat dengan mudah mendapatkan informasi hanya dengan mengakses melalui layar handphone atau gadget lainnya.

“Begitu pula sikap pamer kekayaan atau flexing yang dilakukan sejumlah tokoh, kalangan selebritas dan selebgram banyak ditiru oleh sebagian generasi muda. Mereka pun tergiur hal-hal materialistik yang membangun semangat instan ingin cepat kaya atau bagaimana cara menonjolkan diri agar terlihat kaya. Pelecehan seksual yang akhir-akhir ini banyak dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik juga berpengaruh buruk bagi generasi penerus. Orang-orang yang seharusnya jadi teladan atau idola mereka justru menunjukkan perilaku tidak bermoral,” ungkap Novianty.

Diskusi ini menyimpulkan dan menyepakati bahwa sekolah sebagai institusi yang merupakan pemegang elemen penting dari pembentukan karakter generasi muda diharapkan lebih aktif menyikapi dan melihat permasalahan ini lebih komprehensif.

Baca Juga: Ulasan Buku Sorban yang Terluka: Menyingkap Sisi Lain dari Sebuah Pesantren

Sekolah Putra Pertiwi berinisiatif melakukan refleksi diri, khususnya para pendidik dan pembuat kebijakan tentang kurikulum di sekolah yang merupakan bagian dari sentra sekolah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI