Air Hujan Bisa Jadi Alternatif Saat Air Bersih Sulit Diakses? Dosen Ilmu Lingkungan Angkat Bicara

Rabu, 02 Agustus 2023 | 16:40 WIB
Air Hujan Bisa Jadi Alternatif Saat Air Bersih Sulit Diakses? Dosen Ilmu Lingkungan Angkat Bicara
Ilustrasi air bersih. [Envato Elements]

Suara.com - Ketersediaan air bersih masih menjadi masalah bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Bukan hanya di daerah terluar dan terpencil, beberapa daerah di pinggiran Jakarta pun sampai harus membeli air bersih untuk konsumsi sehari-hari.

Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Dr. Hayati Sari Hasibuan, S.T., M.T., mengatakan, kondisi sulitnya air bersih ini terjadi karena susahnya pipa air untuk mencapai wilayah pemukiman penduduk.

Hal tersebut membuat terpaksa menggunakan air tanah. Bahkan, dalam penelitian, 89 persen masyarakat yang menggunakan air tanah berada di daerah Jakarta Utara. Ini menjadi hal yang mengkhawatirkan karena air tanah yang digunakan dapat berdampak buruk kepada lingkungan dan kesehatan.

Melihat hal tersebut, Dr. Sari menuturkan, sebenarnya masyarakat dapat menggunakan penampungan air hujan. Ia mengatakan, air hujan ini dapat menjadi alternatif untuk mendapat air bersih karena dalam kandungannya lebih baik dibandingkan air tanah.

konferensi pers Program Water Stewardship bersama Unilever. (Fajar/Suara.com)
konferensi pers Program Water Stewardship bersama Unilever. (Fajar/Suara.com)

“Nah yang di daerah Jakarta utara tadi persoalannya adalah untuk akses perpipaan untuk masuk ke daerah pemukiman itu gak nyampe. Karena keterbatasan infrastruktur. Padahal itu tadi. Sebenarnya bisa digunakan menggunakan intalasi panen air hujan,” ucap Dr. Sari dalam acara konferensi pers Program Water Stewardship bersama Unilever, Rabu (2/8/2023).

Meski demikian, air hujan yang digunakan ini bukan mengganti seutuhnya. Namun, air hujan ini dapat ditampung sebagai cadangan air bersih untuk digunakan.

”Tetapi yang waktu ada air hujan itu kita manfaatkan, jadi air hujan tidak mengganti sumber air yang lain, tetapi dia ketika ada air hujan, maka itu dimanfaatkan sebagai tabungan air bersih yang bisa kita gunakan pada waktu tidak hujan,” jelasnya.

Dengan menampung air hujan ini, masyarakat bisa menggunakannya untuk kepentingan sehari-hari. Dr. Sari menjelaskan, saat ini terdapat instalasi elektrolisis yang bisa membuat air hujan digunakan untuk kepentingan sehari-hari.

Namun, sebab mahalnya hal tersebut, masyarakat dapat menggunakan secara komunal. Artinya, alat tersebut dibuat untuk dipakai bersama-sama untuk satu wilayah.

Baca Juga: Pacitan Gelar Festival Rawat Jagat 2: Ajak Masyarakat Angkat Budaya dan Peduli Lingkungan

“Karena untuk masyarakat di daerah menengah ke bawah itu untuk memasukkan instalasi itu mahal dan berat. Dan juga untuk pemeliharaan juga berat. Maka itu harus komunal. Jadi di bangun di sati RT,” ujarnya.

Penting juga diketahui kalau air hujan yang sudah diolah elektrolisis ini bisa dikonsumsi untuk masyarakat. Sementara, mereka yang menampung sendiri, tidak bisa dikonsumsi, kecuali harus dimasak terlebih dahulu.

“Nah kami dari UI waktu Jakarta utara kami menggunakan elektrolisis, air hujannya langsung bisa dengan elektrolisis. Kalau nampung sendiri bisa, tapi harus dimasak dulu untuk diminum, enggak bisa langsung begitu saja. Kalau mau langsung ya pakai elektrolisis tadi,” kata Dr. Sari.

Mendukung dari penggunaan alat ini untuk mencegah buang-buang air bersih, Unilever Indonesia dan Sekolah Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) berkolaborasi membuat program Water Stewardship di lingkungan masjid.

Program ini dibuat untuk memulai kebiasaan menggunakan air dengan lebih bijak. Nantinya, alat ini akan dipasang sehingga pemakaian air bersih menjadi lebih hemat. Misalnya, pada alat yang dipasang di Masjid Istiqlal Jakarta Pusat, air wudhu yang digunakan akan ditampung dan digunakan untuk menyiram tanaman.

Hal ini akan membantu mencegah penggunaan air berlebih. Apalagi, rata-rata jumlah penggunaan air di Masjid Istiqlal sekitar 13.958 liter per hari.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI