Darah bisa membawa bahan kimia ini ke seluruh tubuh, sementara asap tembakau yang mengandung karbon monoksida menghilangkan oksigen yang dibutuhkan organ.
Tembakau menyebabkan 8 juta kematian setiap tahunnya, menyebabkan penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, hipertensi, dan gangguan paru-paru.
Rokok elektrik/vape bekerja dengan memanaskan larutan secara elektronik untuk menghasilkan nikotin yang dapat dihirup. Kelebihan dari rokok jenis ini adalah tidak mengandung tembakau, juga tidak membakar atau menghasilkan asap.
Namun, rokok elektrik mengeluarkan sejumlah zat yang berpotensi beracuntermasuk asetaldehida, akrolein, dan formaldehida, yang berkontribusi terhadap penyakit paru-paru dan kardiovaskular, sehingga menimbulkan banyak bahaya yang sama seperti yang ditimbulkan oleh rokok biasa.
Paru-paru yang rusak berarti sistem kekebalan tubuh terganggu dan rentan terhadap penyakit. Sebuah survei terhadap sekitar 45.000 remaja di Hong Kong menemukan bahwa penggunaan rokok elektrik juga meningkatkan batuk kronis, sementara penelitian di California Selatan menemukan peningkatan risiko gejala bronkitis kronis.
Selain itu, penelitian terbaru terhadap hampir 40.000 peserta menemukan bahwa penggunaan rokok elektrik dikaitkan dengan tingkat dispnea atau sesak napas, COPD , dan asma yang lebih tinggi.
Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa vaping meningkatkan peradangan di saluran udara dan dapat memperburuk gejala asma serta memicu serangan asma; empat belas persenpenderita asma di Inggris menemukan bahwa vaping atau terpapar vape bekas memicu gejala asma mereka.