Adapun Ibnu Sutowo merupakan seorang tokoh militer berpangkat terakhir Letnan Jenderal TNI yang ikut berkecimpung di politik dan pemerintahan Tanah Air.
Sebelum berkecimpung di pemerintahan, pria kelahiran Yogyakarta, 23 September 1914 ini merupakan seorang dokter militer yang pernah menjabat segudang posisi bergengsi seperti Kepala DKAD Teritorium II merangkap Kepala DKAD Teritorium I.
Setelah melalang buana di militer, Ibnu Sutowo ditawari jabatan oleh Abdul Haris Nasution yang kala itu menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
AH Nasution menawarkan posisi sebagai pengelola PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina).
PT Permina adalah salah satu cikal bakal dari PT Pertamina setelah bergabung dengan berbagai perusahaan minyak milik negara.
Semasa menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina, Ibnu Sutowo kerap dilanda berbagai prahara.
Berbagai surat kabar yang beredar kala itu melaporkan bahwa Ibnu Sutowo menyimpan uang sebesar Rp90,48 miliar. Ia juga dituding merugikan negara sebesar 1.554.590 Dollar AS karena menjalin bisnis gelap dengan pihak Jepang.
Kakek mertua Dian Sastro ini akhirnya terpaksa mengundurkan diri dan meninggalkan PT Pertamina dengan utang yang membengkak dan mencapai 10,5 miliar Dollar Amerika.
Meski dikenal kontroversial, Soeharto mengangkat Ibnu Sutowo Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral).
Ibnu Sutowo sempat menjadi 'buron' setelah era Orde Baru berakhir, terutama pada era kepresidenan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.