اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah Langkah kedua untuk mensucikan diri adalah sesuai dengan lanjutan ayat pada surat Ali Imran ayat 134. Jika kita ingin kembali kepada kesucian dan ketakwaan yang kuat, maka kita harus menguatkan ibadah sosial dengan sedekah, infak, dan zakat. Ibadah ini tidak hanya dilakukan saat kita dalam kondisi finansial kuat, namun harus dilakukan saat kita merasa berat sebagai wujud taat kepada Allah SWT sang pemberi nikmat.
Kita harus yakin bahwa berbagi tidaklah sama sekali akan mengurangi harta kita. Sebaliknya, dengan berbagi maka hakikatnya Allah sedang menambah apa yang kita punya. Zakat fitrah yang kita keluarkan di bulan puasa dan zakat mal untuk menyucikan jiwa kita, adalah wujud kesadaran jiwa, bahwa semua yang kita punya adalah milik Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.
Hal ini sekaligus menyadarkan kita bahwa ada hak orang lain di dalamnya, semua bukan milik kita dan tak akan di bawa saat kita meninggalkan dunia. Hanya dengan cara berbuat baik dengan harta yang disedekahkan kepada sesama, harta kita akan memberi manfaat saat kita sudah kembali kepada Allah SWT.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن رَسُولَ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم قَالَ: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ
Artinya, "Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, 'Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya kepada saudaranya,)kecuali kemuliaan di dunia dan akhirat, serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan akhirat'." (HR Muslim).
Ma’asyiral muslimin wal muslimat, jama’ah shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah Dalam surat Ali Imran ayat 134, Allah juga memerintahkan, agar kita senantiasa mengendalikan amarah dan suka memaafkan kesalahan. Karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Ramadhan dan Idul Fitri menjadi momentum pembuktian.
Saat puasa, kita diwajibkan mengendalikan nafsu amarah yang sering kita lakukan. Kemudian di Hari Idul Fitri, kita diperintahkan untuk saling memaafkan. Mari semua itu kita lakukan dengan tulus tanpa kepalsuan. Perkuat silaturahmi untuk mengikat hati kita sesama penuh kedamaian.
Mari jadikan Idul Fitri kali ini, Idul Fitri kita yang terbaik bagi kita. Mari kuatkan tekad untuk senantiasa mempertahankan kesucian ini bersama. Kita tidak tahu apakah kita akan bisa bertemu dengan Idul Fitri-Idul Fitri di masa selanjutnya. Mari kita saling memaafkan atas segala dosa yang pernah kita buat pada sesama.
Baca Juga: 30 Contoh Ucapan Idul Fitri 2025 Corporate untuk Kolega, Mitra dan Klien
Terutama meminta maaf kepada kedua orang tua kita, yang telah melahirkan kita ke dunia. Beruntunglah yang masih memiliki kedua orang tua. Mereka adalah jimat yang harus terus kita jaga. Merekalah yang telah berjasa dalam kehidupan kita dan menghantarkan kita meraih kesuksesan kehidupan di dunia.
Saat ini usia orang tua kita terus bertambah. Fisik mereka pun semakin lemah. Raih kedua tangan mereka yang sudah mulai keriput namun penuh dengan berkah. Cium tangan mereka, peluk erat tubuhnya. Minta maaflah kepada mereka dengan setulus hati dan jiwa. Percayalah, sesukses apapun kiprah kita di dunia, tidak ada apa-apanya di hadapan mereka. Merekalah yang telah menjadikan kita mampu meraih ini semua. Allah SWT Berfirman:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
Artinya, “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (Surat Al-Isra’ ayat 23).
Dalam kitab Tafsir Marah Labid Jilid I, halaman 522, Syekh Nawawi Banten menjelaskan bahwa anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tua.
Beliau mengingatkan bahwa orang tua telah memberikan kasih sayang dan berkorban tanpa batas dalam mendidik serta membesarkan anak-anak mereka. Sehingga sebagai anak, kita wajib membalas kebaikan mereka, meskipun apa yang kita lakukan tidak akan pernah sebanding dengan pengorbanan yang telah mereka berikan dalam hidup kita.