Sebagaimana disebutkan dalam oleh As-Shan’ani dan Al-Munawi, bahwa menghidupkan malam hari raya menjadi tanda kebangkitan hati yang bebas dari cinta dunia (At-Tanwir Syarhul Jami’ ash-Shaghir [Riyadh: Maktabah Darus Salam, 2011 M], jilid X, hlm. 53, dan At-Taysir Syarhul Jami’ As-Shaghir [Riyadh: Maktabah Al-Imam As-Syafi’i, 1988 M], jilid II, hlm. 434).
Menurut Imam Nawawi, menghidupkan malam Lebaran juga dapat dilakukan dengan salat, berzikir, tadarus Alquran, membaca lafaz takbir, atau bentuk ketaatan lain kepada Allah SWT.
Para ulama pun berbeda pendapat mengenai durasi ibadah yang diperlukan agar memperoleh keutamaan malam tersebut.
Pertama, yang dianggap shahih oleh Imam Nawawi, bahwa keutamaannya hanya dapat diraih dengan menghidupkan sebagian besar malamnya.
Kedua, cukup dengan beribadah sesaat saja. Ketiga, sebagaimana dinukil Al-Qadhi Husain dari Ibnu Abbas, bahwa keutamaan itu bisa diperoleh hanya dengan melaksanakan salat Isya berjamaah serta memiliki tekad kuat (‘azzam) untuk mendirikan salat Subuh secara berjamaah (Abu Zakaria An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarh Muhazzab, [Darul Fikr], jilid V, hlm. 4).
Sebaiknya kita berusaha menghidupkan malam hari raya dengan cara pertama. Jika tidak mampu, maka lakukanlah dengan cara kedua.
Namun, bila itu pun tidak memungkinkan, setidaknya perkuat niat untuk menunaikan salat Isya dan Subuh pertama di bulan Syawal secara berjamaah.
Di penghujung Ramadan ini, marilah kita tingkatkan semangat ibadah guna meraih kemuliaan Lailatul Qadar, serta menghidupkan malam hari raya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan selama bulan Ramadan.
Bulan yang penuh berkah ini telah menjadi sarana bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan, membersihkan jiwa, dan memperbanyak amal kebaikan.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah! Ini Bacaan 7 Takbir Idul Fitri dan Tata Cara Sholat yang Sesuai Sunnah
Dengan mengisi malam takbiran dengan ibadah, kita menutup Ramadan dengan baik dan memulai Syawal dengan semangat baru dalam ketaatan kepada-Nya.