Mengenali Gejala dan Tanda DBD, Jangan Sampai Lengah!

Rabu, 16 April 2025 | 18:57 WIB
Mengenali Gejala dan Tanda DBD, Jangan Sampai Lengah!
Ilustrasi Nyamuk, Gigitan Nyamuk Wolbachia (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Memasuki masa peralihan musim, peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sering terjadi. Perubahan cuaca yang tak menentu ini berpengaruh pada perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk semakin waspada dan mengenali gejala serta tanda-tanda DBD. Berikut adalah ringkasan informasi mengenai gejala dan tanda-tanda DBD.

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Nyamuk dbd (Pexels/Ravi Kant)
Nyamuk dbd (Pexels/Ravi Kant)

Mengutip dari artikel Kementerian Kesehatan RI, DBD merupakan penyakit akut bersifat endemik tetapi secara periodik dapat mendatangkan Kejadian Luar Biasa (KLB) bahkan epidemi.

DBD memerlukan perantara nyamuk Aedes aegypti untuk mengantarkan virus dengue ke tubuh manusia. Virus ini lah yang kemudian menjadi penyebab DBD.

Ketika nyamuk penyebab DB menggigit kulit manusia, virus akan berpindah. Virus akan memasuki masa inkubasi dalam tubuh manusia selama 4-10 hari sebelum menimbulkan gejala infeksi.

Di Indonesia, kasus DBD dilaporkan pertama kali pada 1968, tepatnya di Surabaya dengan angka kematian 41,3% dan terus meningkat serta cenderung menjadi KLB yang terjadi setiap tahun.

DBD bukan penyakit yang bisa dianggap remeh. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit musiman ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih parah, bahkan mengancam jiwa.

Gejala DBD

Baca Juga: Menghadapi DBD di Musim Hujan: Anak dan Dewasa Sama Rentannya

anak-anak sedag melalui perawatan - gejala DBD pada anak //pixabay.com
Anak-anak sedang melalui perawatan - gejala DBD pada anak //pixabay.com

Saat terjangkit virus dengue, tahap awal yang umum dialami penderita adalah demam tinggi hingga melampaui 38 derajat Celsius, yang dikenal sebagai fase demam dengue.

Demam ini umumnya terjadi pada hari pertama dan kedua, sebelum akhirnya turun pada hari ketiga. Namun, kewaspadaan justru harus ditingkatkan pada hari ketiga hingga kelima.

Periode ini merupakan masa rawan terjadinya perembesan cairan dari pembuluh darah hingga menyebabkan penurunan jumlah trombosit.

Lebih lanjut, pada fase awal, gejala DBD sering kali menyerupai penyakit demam biasa atau flu. Namun, ada beberapa perbedaan penting yang patut diperhatikan.

  1. Demam tinggi mendadak: demam pada DBD biasanya muncul secara tiba-tiba dan dapat mencapai suhu 39-40 derajat Celsius atau lebih. Demam ini cenderung terus-menerus selama beberapa hari.
  2. Sakit kepala hebat: penderita DBD sering kali merasakan sakit kepala yang parah, terutama di bagian belakang mata.
  3. Nyeri otot dan sendi: rasa nyeri yang hebat pada otot dan sendi, bahkan hingga terasa seperti breakbone fever menjadi gejala lain dari DBD.
  4. Mual dan muntah: gejala pencernaan seperti mual dan muntah juga sering dialami oleh penderita DBD.
  5. Nafsu makan menurun: akibat rasa tidak enak badan dan mual, nafsu makan penderita DBD biasanya menurun drastis.

Tanda-tanda DBD yang Harus Diwaspadai

Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue. (Sumber: Shutterstock)
Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang menularkan virus dengue. (Sumber: Shutterstock)

Setelah fase demam awal, penting untuk memantau munculnya tanda-tanda yang mengindikasikan DBD semakin parah.

Jika kamu atau orang terdekat mengalami gejala awal DBD, segera perhatikan apakah muncul tanda-tanda berikut ini.

  1. Nyeri perut hebat dan terus-menerus: nyeri perut yang intens bisa menjadi indikasi adanya kebocoran plasma darah.
  2. Muntah terus-menerus: muntah yang tidak berhenti dapat menyebabkan dehidrasi.
  3. Perdarahan: perdarahan dapat terjadi di berbagai bagian tubuh, seperti mimisan, gusi berdarah, atau bahkan BAB berwarna hitam (melena) atau muntah darah (hematemesis).
  4. Lemas dan gelisah: penderita DBD yang kondisinya memburuk akan terlihat semakin lemas, gelisah, atau bahkan mengalami penurunan kesadaran.
  5. Penurunan frekuensi Buang Air Kecil (BAK): ini bisa menjadi tanda dehidrasi dan gangguan fungsi ginjal.

Upaya Pengendalian DBD

Pencegahan DBD di Tanjungpinang [antara]
Pencegahan DBD di Tanjungpinang [antara]

Beberapa upaya pengendalian DBD meliputi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M plus) penampungan air serta larvasida.

Upaya lainnya adalah dengan memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan kelambu, pemeriksaan dan pemberantasan jentik berkala paling lambat 3 bulan sekali, serta pengasapan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI