Dijelaskan pula urutan terjadinya pneumonia diawali dengan iritasi terlebih dahulu, barulah memicu terjadinya infeksi saluran napas.
Tak hanya itu, kondisi pneumonia juga bisa diperparah ketika seseorang memiliki kebiasaan tak sehat, seperti merokok dan kebiasaan begadang.
Sementara itu, dokter spesialis paru Columbia Asia Hospital Medan, Moh Ramadhani Soeroso menuturkan jika kamar lembap dan pengharum ruangan tak bisa dianggap remeh karena berisiko menimbulkan gangguan pada saluran pernapasan lainnya.
Salah satu masalah pernapasan yang sering muncul adalah Tuberkulosis (TB) paru.
“Kamar lembap lebih cenderung bisa kena penyakit TB (Tuberkulosis) paru,” ujarnya.
Tuberkulosis (TB) paru merupakan peradangan kronis pada paru-paru yang menyebabkan saluran napas menyempit, sehingga penderitanya mengalami kesulitan bernapas.
"Kalau pengharum ruangan bisa kena penyakit asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)," paparnya.
Kendati pengharum ruangan dan kamar lembap dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pernapasan, ada pencegahan yang bisa dilakukan, yakni memperbaiki sirkulasi udara.
Jika kamar tidak dilengkapi dengan ventilasi yang baik, maka bisa menggunakan alat dehumidifier untuk mengontrol kelembapan ruangan.
Baca Juga: Vatikan Rilis Foto Paus Fransiskus di Rumah Sakit, Begini Kondisinya
Dijelaskan bahwa suhu kelembapan ideal suatu ruangan adalah sekira 30-50 persen. Sebab, jika terlalu lembap akan berpotensi tumbuh jamur dan kering. Sementara jika suhu kering akan membuat tubuh kering pula.
Hal senada disampaikan oleh Spesialis paru dr Agus Susanto, SpP, yang menjelaskan bahwa sirkulasi udara yang buruk dapat memengaruhi kualitas udara di dalam kamar dan menyebabkan tingkat kelembapan meningkat.
"Sebaiknya, kalau kita menggunakan pengharum ruangan, aspek kelembapan dan aspek sirkulasi udara itu harus betul-betul bagus supaya tidak ada akumulasi. Kalau sudah keluar kan, ruangannya wangi, tidak numpuk-numpuk," terang dr Agus.
Kontributor : Damayanti Kahyangan