Suara.com - Keributan kini mewarnai lini masa media sosial X (sebelumnya Twitter) yang memperdebatkan soal eksistensi kelompok Garuda Wisnu Satria Muda atau GWSM yang dikira hanya sekelompok artis TikTok atau TikTokers belaka.
Awalnya, beredar sebuah video viral yang mempertontonkan sekelompok kerumunan tengah menghampiri sekelompok artis di depan sebuah kamar mandi umum.
Pengguna X bertanya-tanya siapakah yang menjadi pusat perhatian dari sekelompok kerumunan tersebut.
Mereka yang masih awam dengan eksistensi GWSM sontak mengira yang dikerumuni oleh massa tersebut hanya sekelompok artis TikTok.
"Ternyata cuma artis tiktok," ketik seorang warganet.
Tak cukup di situ, beberapa warganet bahkan melayangkan kata-kata pedas yang menyindir kelompok yang dikerumuni massa adalah selebriti kabupaten.
Beberapa juga meledek kerumunan tersebut sebagai jamet yang berkonotasi negatif lantaran setara dengan kata "kampungan".
"Seleb kabupaten?" bunyi cuitan seorang warganet.
"Jamet tolol," kata warganet lain.
Baca Juga: Panasonic-GOBEL ART with HEART Resmi Digelar, Wujud Nyata Inklusivitas dalam Dunia Seni
"Kirain apa, ternyata cuma seonggok jamet dengan bau matahari," sindir warganet lain.
Warganet yang menyepelekan kerumunan tersebut sontak "disemprot" dengan penuh amarah oleh beberapa pemerhati seni.
Seorang waranget yang mengetahui eksistensi GWSM sontak membela kelompok seniman tersebut dan menilai orang-orang yang menyepelekan GWSM sebagai orang-orang yang elitis dan sombong.
"Bayangin, seniman lokal direndahin sama orang-orang berintelektual yang seleranya sangat tinggi dan elit," kritik seorang warganet.
"Sungguh sangat menyentuh akar rumput sekali warga platform ini, benar-benar mengerti selera masyarakat sehingga paham betul mana yang layak dipuji mana yang perlu dihina," lanjut kritik warganet tersebut.
Lantas, siapakah Garuda Wisnu Satria Muda sebenarnya?
Garuda Wisnu Satria Muda: Sekelompok Pemuda yang Berhasil Hidupkan Kembali Kesenian Jaranan
Setelah ditelusuri, Garuda Wisnu Satria Muda adalah sekelompok pemuda pemerhati seni yang berasal dari Dusun Pakeron, Kelurahan Sumberarum, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Sekelompok pemuda tersebut membentuk GWSM sebagai wadah untuk mempertahankan tradisi jathilan dan jaranan yang perlahan meredup digantikan oleh berbagai hiburan modern.
Berkat eksistensi GWSM, minat publik terhadap kesenian jaranan dan jathilan senantiasa meningkat.
GWSM dibentuk sejak 2016 silam dan lambat laun mendapat audiens yang besar di TikTok, Instagram, hingga YouTube. Keberhasilan GWSM terbukti dari audiens yang berhasil mereka gandeng.
Satu video unggahan GWSM saja bisa menggandeng viewers sejumlah 8 juta. GWSM juga kini telah mendapatkan jutaan penonton setia baik di Youtube hingga TikTok.
Kelompok pemuda dari Jawa Tengah ini terbilang sukses mengemas epos legendaris seperti Mahabharata dan Ramayana dalam kesenian tradisional yang menarik untuk ditonton kaum muda. Tak heran jika GWSM bisa menggandeng audiens yang begitu besar.
Banyak yang Pasang Badan
Akademisi dan jurnalis Agus Mulyadi sontak pasang badan usai GWSM dibanjiri dengan komentar merendahkan.
Agus memperkenalkan GWSM ke para warganet di X dan menjelaskan bahwa kelompok kesenian asal Jawa Tengah ini tak bisa disepelekan lantaran punya basis massa yang besar usai berhasil melestarikan budaya Jawa.
"Buat yang belum tahu, ini salah satu pemain kesenian jaranan/jathilan dari paguyuban GWSM (Garuda Wisnu Satria Muda) asal Magelang. Fans mereka memang banyak, akun Youtube mereka saja subscribernya 6 juta, beberapa personelnya punya followers sampai ratusan ribu," papar Agus Mulyadi dalam cuitannya, dikutip Kamis (17/4/2025).
Agus Mulyadi mengamati bahwa salah satu kunci kesuksesan GWSM adalah mampu membuat video parodi dan inovasi terhadap berbagai kesenian tradisional namun tak melenceng jauh dari pakem atau nilai yang terkandung.
"Selain menjadi paguyuban jaranan/jathilan, GWSM ini sering bikin video parodi. Konten-konten parodi itu yang turut membangun basis penggemar mereka. Basis penggemar yang banyak dan militan membuat paguyuban kesenian ini kerap dapat endorse, sehingga penghasilan mereka bukan cuma dari hasil tanggapan manggung," pungkas Agus.
Kontributor : Armand Ilham