Suara.com - Dunia sedang bergerak menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Salah satu langkah besar yang sedang diupayakan adalah dekarbonisasi industri, yaitu proses pengurangan emisi karbon di sektor-sektor ekonomi utama. Target besar yang ingin dicapai adalah Net Zero 2050, sebuah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dihasilkan seimbang dengan jumlah karbon yang diserap kembali oleh bumi.
Apa Itu Dekarbonisasi Industri?
Dekarbonisasi industri berarti mengurangi — bahkan menghilangkan — emisi karbon di sektor-sektor seperti energi, manufaktur, transportasi, dan konstruksi. Caranya bisa melalui penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, inovasi teknologi hijau, hingga penerapan praktik produksi yang lebih bersih.
Dengan sektor industri menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, perubahan di level ini sangat krusial untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.
Dalam rangka memperingati Hari Bumi, GreenTeams (PT Trusur Unggul Teknusa) bersama Ecoxyztem menggelar forum diskusi bertajuk “Peta Jalan Dekarbonisasi Industri di Indonesia: Strategi Menuju Net Zero 2050” yang berlangsung di MM2100 Office. Kegiatan ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan — mulai dari perwakilan pemerintah, ahli lingkungan, hingga pelaku industri dari 10 sektor yang diwajibkan menerapkan Sistem Informasi Pemantauan Emisi Industri Kontinyu (SISPEK).
Sebagai penyedia teknologi pemantauan kualitas udara dan emisi, GreenTeams menegaskan komitmennya untuk mendukung implementasi peta jalan dekarbonisasi industri. Founder GreenTeams, Jaja Ahmad Subarja, menegaskan, “Kami optimis bahwa dekarbonisasi industri Indonesia dapat tercapai dengan dukungan teknologi yang menghasilkan data yang akurat, transparan, dan dapat ditindaklanjuti. Data tersebut menjadi dasar penting dalam pengambilan keputusan, perencanaan strategi pengurangan emisi, serta pemenuhan regulasi lingkungan. GreenTeams siap mendampingi industri dan regulator dalam pemantauan kualitas udara dan emisi secara berkelanjutan, guna menciptakan lingkungan yang lebih sehat, bersih, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.”

Diskusi berformat talkshow ini dibuka dengan sambutan dari Dr. Winardi, M.Si., Direktur Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian, H. Darwoto, S.E., Deputy Director Kawasan Industri MM2100, serta Ir. Noor Rachmaniah, Kepala Kelompok Kerja Pengendalian Pencemaran dan Mutu (Pokja PPMU), Kementerian Lingkungan Hidup. Ketiga tokoh ini menyoroti pentingnya perencanaan peta jalan dekarbonisasi sebagai prasyarat utama dalam memenuhi tuntutan rantai pasok global yang kini mengedepankan keberlanjutan.
Dalam sambutannya, Ir. Noor Rachmaniah mengapresiasi inisiatif kawasan MM2100 yang telah memasang Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA). Ia menambahkan bahwa akan ada penambahan titik pemantauan sesuai arahan Menteri Lingkungan Hidup, yakni minimal dua titik yang mengikuti arah angin (up wind dan down wind) untuk meningkatkan akurasi data. Data yang dikumpulkan dari SPKUA akan disajikan dalam bentuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), yang menjadi alat penting untuk mengevaluasi dan mengelola dampak pencemaran udara.
Sejalan dengan upaya tersebut, Sri Gadis Pari Bekti, Ketua Tim Dekarbonisasi Industri dari Kementerian Perindustrian, menyampaikan bahwa pihaknya tengah menyiapkan Peta Jalan Dekarbonisasi Industri, yang ditargetkan akan segera dirilis. Roadmap ini bertujuan untuk mengarahkan transisi industri ke arah yang lebih berkelanjutan, sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi nasional, dengan target mencapai Net Zero Emission Sektor Industri pada 2050 — sepuluh tahun lebih cepat dari target nasional.
Baca Juga: Aksi Masyarakat dan DLH Bersama GEF SGP Hijaukan Pesisir Wuihebo dengan Mangrove di Hari Bumi
Diskusi ini juga menghadirkan panelis dari berbagai latar belakang, termasuk Maria R. Nindita Radyati, Ph.D. (Presiden Direktur Institute for Sustainability and Agility), Mohamad Bijaksana Junerosano (Tenaga Ahli Menteri KLHK), serta Ipa Teguh Akbar (National Sales Manager GreenTeams), dengan moderasi jurnalis senior Amir Sodikin.