Suara.com - Musim panas 2025 menjadi waktu yang tepat untuk bermain dengan gaya, dan Converse Indonesia tahu persis bagaimana membuat para fashion enthusiast kembali menoleh ke salah satu ikon paling berpengaruh dalam sejarah sneaker, Chuck Taylor.
Tapi kali ini, sang legenda datang dengan sentuhan segar, lebih tinggi, lebih berani, dan tentu saja, lebih modis lewat kembalinya Chuck Taylor All Star Double Stack ke panggung fashion lokal. Ini adalah ajakan terbuka bagi mereka yang tak takut untuk tampil beda.
Dengan platform sol ganda yang mengelevasi tinggi badan dan kepercayaan diri, Double Stack adalah cara baru mengekspresikan individualitas melalui fashion tanpa meninggalkan akar klasiknya.
Desain sepatu ini memadukan antara estetika masa kini dengan elemen-elemen khas yang tak tergantikan dari Chuck Taylor, patch All Star yang ikonik, rubber toe cap, detail garis di pinggiran sol, dan tentu saja, license plate di bagian tumit.
Elemen ini bukan sekadar ornamen, melainkan simbol dari warisan panjang yang telah menemani berbagai generasi dalam berekspresi. Kini, semua itu hadir dalam wujud yang lebih tinggi, secara harfiah dan figuratif.
Fashion bukan hanya soal pakaian yang kita kenakan, melainkan tentang bagaimana kita memaknainya. Chuck Taylor All Star Double Stack dengan CX foam sock liner dan outsole karet traction lugs adalah pernyataan gaya yang tidak mengorbankan kenyamanan.
Tersedia dalam model high-top maupun low-top, sneaker ini menjawab kebutuhan pecinta fashion urban yang aktif di berbagai lintas medan, dari jalanan kota hingga ruang seni alternatif.
Warna-warna klasik seperti hitam dan putih tetap menjadi andalan, tapi Converse tak berhenti di sana. Varian warna seperti Violet Heat dan Lemon Slushy menjadi ajakan visual untuk bereksplorasi dengan gaya.
Ini adalah cara Converse mengatakan bahwa warisan bukan berarti stagnan, tetapi bisa terus tumbuh dan berubah seiring perkembangan zaman dan selera.
Baca Juga: 4 Inspirasi OOTD Effortless ala Haneul KISS OF LIFE yang Bikin Kece Seharian
Untuk merayakan peluncuran ini, Converse mengubah outlet mereka di Grand Indonesia Mall menjadi House of Chuck, sebuah ruang tamu kreatif yang hangat, menampilkan karya seni perjalanan Chuck Taylor selama bertahun-tahun.
Di tengah gemerlap visual dan atmosfer nostalgia, Converse menggelar sebuah konser mini yang intim bersama Reality Club, band indie rock-pop yang dikenal dengan lirik jujur dan energi panggung yang ekspresif.
Konser ala Tiny Desk ini menjadi bagian dari kampanye LOVE, Chuck yang telah berlangsung sejak awal Maret. Kampanye ini mengajak penggemar untuk kembali merenungkan bagaimana Chuck Taylor telah menjadi simbol pemberontakan anak muda, ekspresi kreatif, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri, nilai-nilai yang sangat dekat dengan dunia fashion kontemporer.
Reality Club, yang telah lama dikenal sebagai penggemar berat Converse, bukan hanya tampil sebagai bintang tamu, tetapi juga sebagai representasi dari semangat Chuck Taylor itu sendiri, orisinal, tak terikat arus utama, dan penuh energi.
Kehadiran mereka memperkuat posisi Converse sebagai bagian dari gaya hidup kreatif, bukan hanya pelengkap penampilan semata. Tak hanya sampai di konser, para penggemar berkesempatan untuk bertemu langsung lewat sesi fansign dan meet & greet, eksklusif bagi pemilik Chuck Taylor terpilih.
Momen ini memperlihatkan bagaimana fashion bisa menjadi penghubung antara merek, musik, dan manusia. Lebih dari sekadar sepatu, Chuck Taylor adalah kanvas ekspresi.