- Wali Nikah: Bila anak tersebut perempuan, walinya bukan ayah biologis melainkan wali hakim atau pejabat berwenang, sebab secara syariat ia tidak dianggap sebagai anak ayah biologisnya.
- Nafkah: Kewajiban nafkah juga hanya dimiliki ibu kandungnya (dan keluarga ibunya), bukan ayah biologis, walaupun dalam hukum negara, ayah biologis bisa saja diwajibkan memberi nafkah jika ada pengakuan atau putusan pengadilan.
- Status Anak: Dalam pandangan masyarakat dan hukum Islam, anak yang lahir di luar nikah tidak menanggung dosa perbuatan ayah-ibunya dan tetap memiliki hak yang sama sebagai manusia. Stigma sosial tidak boleh dibebankan padanya, karena dosa hanyalah milik pelaku zina, bukan anaknya.
“Anak hasil zina tidak mempunyai hubungan nasab, wali nikah, waris, dan nafkah dengan lelaki yang mengakibatkan kelahirannya. Anak hasil zina hanya mempunyai hubungan nasab, waris, dan nafkah dengan ibunya dan keluarga ibunya” (Fatwa MUI No.11 Tahun 2012).
Jadi, menurut hukum Islam, status anak yang lahir dari kehamilan di luar nikah berlaku hanya hubungan nasab, waris, kewalian, dan nafkah dengan ibunya, bukan dengan ayah biologisnya, dan anak tersebut tidak memikul dosa perbuatan orang tuanya.