Potong Tumpeng dari Bagian Puncaknya Itu Keliru, Begini Etika yang Tepat

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Jum'at, 15 Agustus 2025 | 11:35 WIB
Potong Tumpeng dari Bagian Puncaknya Itu Keliru, Begini Etika yang Tepat
Ilustrasi nasi tumpeng. (Dibuat dengan Google AI Studio)

Tindakan ini secara filosofis melambangkan "manunggaling kawula gusti," yaitu bersatunya manusia (kawula) dengan Tuhan (Gusti).

Ini juga menunjukkan kerendahan hati, di mana kita sebagai manusia mengambil berkah dari dasar "gunung suci."

Makan Bersama-sama (Keroyokan)

Tumpeng idealnya dinikmati bersama-sama. Setiap orang mengambil nasi dan lauk pauknya sendiri dari dasar tumpeng secara bergantian menggunakan sendok. Tradisi ini mempererat rasa kebersamaan dan gotong royong.

Untuk menjaga sopan santun dan kebersihan, Vindy menyarankan untuk ambil lauk secukupnya di piring pribadi.

Hindari mengambil lauk, mencicipinya, lalu mengembalikan sendok ke wadah lauk bersama (prinsip no double dipping). Hal ini dianggap tidak higienis.

Tata lauk pauk di piring dengan rapi dan jangan dicampur aduk, terutama jika ada lauk yang tidak Anda sukai. Ini untuk menghargai cita rasa setiap hidangan dan menghindari makanan terbuang.

Puncak Tumpeng untuk Orang yang Dihormati

Setelah nasi di bagian bawah mulai habis, barulah puncak tumpeng bisa diambil atau diberikan kepada orang yang paling dihormati dalam acara tersebut, sebagai bentuk penghargaan.

Baca Juga: InJourney Group Rayakan HUT RI ke-80 dengan Nuansa Merah Putih di Bandara & Pesta Rakyat Sarinah

Dengan memahami makna dan etiket ini, pengalaman menyantap nasi tumpeng akan menjadi lebih dari sekadar urusan perut, tetapi juga sebuah perayaan budaya yang penuh makna.

Jadi, saat Anda berhadapan dengan nasi tumpeng di acara berikutnya, ingatlah untuk memulainya dari bawah, ya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI