Roots of Change 2025, RISING GIRLS Gaungkan Aksi Peduli Bumi dari Generasi Muda

Jum'at, 15 Agustus 2025 | 17:39 WIB
Roots of Change 2025, RISING GIRLS Gaungkan Aksi Peduli Bumi dari Generasi Muda
Rising Girls Global bersama Taman Wisata Alam Angke dan Dior Indonesia menggelar Roots of Change. (Dok: Rising Girls Global​)

Suara.com - Dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional, Rising Girls Global bersama Taman Wisata Alam Angke dan Dior Indonesia menggelar Roots of Change, sebuah gerakan kolaboratif yang menyoroti peran kepemimpinan perempuan dalam pelestarian lingkungan, khususnya ekosistem mangrove. Bertempat di Taman Wisata Alam Angke Kapuk (TWAAK), Jakarta Utara, acara ini menggabungkan edukasi, diskusi inspiratif, dan aksi nyata di lapangan.

Kegiatan diawali dengan sambutan dari Elvira Angelica Manik, Co-Founder Rising Girls Global, yang menekankan pentingnya keterlibatan perempuan muda dalam isu lingkungan, disusul oleh Ertana Hadi, Human Resource Dior Indonesia, yang menegaskan dukungan Dior terhadap program pemberdayaan berbasis keberlanjutan.

Sesi pembuka dilanjutkan dengan presentasi Sophie Kirana, Puteri Indonesia Lingkungan 2024 sekaligus 4th Runner-Up Miss International 2024, yang memaparkan peran penting mangrove bagi lingkungan. Sophie menjelaskan tiga fungsi utamanya: mencegah abrasi pantai, menjadi habitat bagi berbagai spesies, dan menyimpan karbon dalam jumlah besar. Ia mengajak perempuan untuk menjadi pemimpin solusi iklim, bukan sekadar penonton perubahan.

Diskusi berlanjut ke panel bertema “Empowering Women to Lead in Sustainability” yang menghadirkan Siti Rachmania yang merupakan Senior Programme Assistant of Natural Science Unit UNESCO regional Jakarta, Yulies Puspitaningtyas selaku Program Manager Governance, Peace and Security UN Women Indonesia, serta Sari Dewi sebagai CEO The Loan Market Indonesia. Para pembicara menyoroti bagaimana perempuan menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dan kerusakan lingkungan. Dalam situasi darurat seperti bencana alam atau ketika harus mengungsi, perempuan menghadapi tantangan yang sering terabaikan, mulai dari kebutuhan ruang aman dan privasi, akses terhadap fasilitas higienis saat menstruasi, hingga risiko meningkatnya kekerasan berbasis gender di area pengungsian.

Selain itu, panel membahas peran ganda perempuan sebagai ibu, istri, dan profesional yang sering kali dibatasi oleh sistem kerja yang kurang fleksibel. Ditekankan perlunya lingkungan kerja yang adaptif terhadap kebutuhan perempuan sekaligus mendorong mereka untuk menciptakan peluang kerja yang sesuai. Diskusi ditutup dengan ajakan memperkuat kolaborasi lintas sektor yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, media, dan komunitas lokal guna memastikan inklusivitas dan akses yang setara bagi semua kelompok, khususnya perempuan dan generasi muda, dalam menghadapi tantangan iklim.

Momentum positif ini berlanjut ke sesi Rise of Changemakers, di mana tiga kelompok peserta perempuan muda: Shanaya (Fashion), LeadHERship (Food Sustainability), dan Kejar Bareng (Education) mempresentasikan ide proyek mereka di hadapan juri: Ir. Ken Savitri Ambarsari, MBA (Direktur Utama Taman Wisata Alam Angke Kapuk), Bulan Setiawan (Interim Communication and Community Associate, Pijar Foundation’s Future Lestari), dan Adisti Chandra (Chief Operating Officer, Instellar Impact Indonesia). Presentasi ini menutup rangkaian diskusi sekaligus menandai lahirnya inisiatif baru yang akan mereka kembangkan ke depannya.

Sebagai puncak kegiatan, para peserta mengikuti tur edukasi mengelilingi kawasan Taman Wisata Alam Angke, mempelajari sejarahnya, dan memahami peran mangrove dalam menjaga ekosistem pesisir. Tur ini diakhiri dengan penanaman 100 bibit mangrove yang dipandu oleh pengelola taman dan dilakukan secara simbolis. Momen ini tidak hanya menjadi simbol aksi lingkungan, tetapi juga komitmen untuk merawat pohon yang telah ditanam.

Para panelis menekankan bahwa ketahanan perempuan terhadap dampak iklim tidak hanya terkait ekonomi dan lingkungan, tetapi juga keamanan, kesehatan, dan martabat. Pendidikan perempuan disebut sebagai fondasi penting untuk menciptakan perubahan karena akses terhadap pengetahuan memberdayakan perempuan dalam mengelola sumber daya, melindungi anak, dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Investasi di bidang ini memiliki efek berganda, mengingat perempuan cenderung membagikan pengetahuan kepada lingkungannya. 

Ir. Ken Savitri Ambarsari – Direktur PT Murindra Karyalestari

Baca Juga: Pendiri CORE Indonesia Peringatkan Bonus Demografi Tak Otomatis Bawa Kemajuan

Sebagai bagian dari Roots of Change bersama Rising Girls, saya percaya perubahan berkelanjutan lahir dari komunitas yang saling menguatkan. Penanaman mangrove ini bukan sekadar aksi lingkungan, tetapi juga wadah kepemimpinan perempuan. Semangat ini terinspirasi dari pendiri kami, almarhumah Ibu Murniwati Harahap, yang gigih memperjuangkan keberlanjutan.

Ertana Hadi – HR Dior Indonesia

Kegiatan Roots of Change bersama Rising Girls ini mengingatkan saya bahwa langkah sederhana seperti menanam pohon bisa berdampak besar. Kita tidak perlu menunggu krisis untuk bergerak. Aksi tulus dari hati, sekecil apa pun, membawa harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Elvira Angelica Manik – Co-Founder Rising Girls

Bersama Roots of Change, menanam mangrove di TWAAK menjadi simbol ketahanan dan pemulih ekosistem. Ini adalah bukti nyata bahwa generasi muda mampu bergerak bersama untuk melindungi bumi demi masa depan yang lebih hijau. ***

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI