Batik Slobog Berasal dari Mana? Dipakai Cucu Bung Hatta Kritik Pemerintah

Husna Rahmayunita Suara.Com
Selasa, 19 Agustus 2025 | 12:15 WIB
Batik Slobog Berasal dari Mana? Dipakai Cucu Bung Hatta Kritik Pemerintah
Batik Slobog (kolase)

Gustika Fardani Jusuf, atau yang akrab dikenal sebagai cucu Bung Hatta, memanfaatkan batik ini untuk menyampaikan kritik terhadap kondisi bangsa.

Perempuan kelahiran 19 Januari 1994 itu hadir pada peringatan 80 tahun kemerdekaan RI dengan mengenakan kebaya hitam yang dikombinasikan dengan batik Slobog.

Dalam budaya Jawa, pemilihan kain bukan sekadar soal busana, melainkan juga sarana komunikasi simbolik.

Dengan memilih motif Slobog, Gustika menyampaikan pesan simbolis mengenai keprihatinannya terhadap berbagai persoalan negara, termasuk hak asasi manusia dan kebijakan kontroversial.

"Di hari kemerdekaan tahun ini, rasa syukurku bercampur dengan keprihatinan atas luka HAM yang belum tertutup. Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi," tulis Gustika dalam unggahannya.

Gustika ingin menyampaikan bahwa bersedih tidak berarti pasrah, dan merayakan tetap bisa dilakukan sambil menyadari kondisi yang ada.

Ia memandang kain Slobog sebagai simbol transisi antara yang pergi dan yang tinggal, serta sebagai doa untuk keselamatan dalam "peralihan".

Dengan cara ini, ia berhasil menyampaikan kritik halus kepada pemerintah sambil tetap menghargai budaya dan sejarah leluhur.

Selain menjadi simbol kritik sosial, batik Slobog juga menunjukkan fleksibilitas budaya Jawa dalam menyampaikan pesan tanpa harus berbicara.

Baca Juga: Gustika Hatta: Indonesia Kini Dipimpin Presiden Penculik dan Wakil "Anak Haram Konstitusi"

Filosofi di balik motif ini mengajarkan tentang kehidupan, kematian, dan doa bagi mereka yang telah perg.

Melalui pemakaian batik ini, Gustika menyampaikan pesan kritik dan refleksi terhadap kondisi bangsa, sekaligus menegaskan bahwa budaya tradisional tetap hidup dan relevan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa batik tidak sekadar soal keindahan, tetapi juga bisa menjadi media untuk menyampaikan nilai, kritik, dan harapan.

Batik Slobog yang semula hanya digunakan dalam upacara berkabung, kini dapat mendorong masyarakat untuk berdiskusi tentang sejarah dan kondisi politik bangsa.

Kontributor : Dini Sukmaningtyas

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI