Suara.com - Tak semua pahlawan bekerja di depan kamera. Dalam dunia public relations (PR), sering kali para penggeraknya justru memilih berada di balik layar.
Mereka meramu cerita, menjaga reputasi, dan memastikan suara perusahaan sampai ke publik dengan cara yang tepat. Pekerjaan yang sunyi, tapi dampaknya terasa luas.
Di era digital sekarang, PR bukan lagi sekadar soal press release dan publikasi berita. Mereka sudah menjadi mitra strategis perusahaan yang ikut memandu arah bisnis.
Itulah yang dilakukan tim PR PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli). Dengan pendekatan berbasis messaging architecture, mereka memastikan semua pesan perusahaan selaras, tapi tetap memberi ruang bagi setiap brand untuk bersuara dengan caranya sendiri.
“Kolaborasi dan dukungan antar-stakeholder di dalam organisasi menjadi kunci bagi PR untuk menghadirkan komunikasi yang solid, kaya data, dan bermakna,” ungkap Nazrya Octora, Head of PR Blibli.

Pendekatan ini terasa nyata lewat berbagai inisiatif, seperti Blibli Media Soirée yang jadi ajang berbagi cerita dengan media secara hangat, atau kampanye Kenal Lebih Dekat Ekosistem Blibli Tiket yang berhasil menyederhanakan konsep multichannel dan omnichannel ke bahasa sehari-hari.
Di tangan tim PR, konsep yang rumit bisa berubah menjadi pengalaman yang akrab dan relevan. Dari storytelling menjadi storyliving. Kerja senyap itu tak jarang berbuah manis.
Tahun ini, Blibli meraih penghargaan di ajang Indonesia PR of the Year 2025, termasuk kategori PR Program of the Year (ESG Campaign) lewat Langkah Membumi Festival 2024.
Nazrya Octora juga dinobatkan sebagai Indonesia PR Practitioner of the Year 2025, sebuah pengakuan atas perannya menjaga relevansi komunikasi Blibli di tengah derasnya arus informasi.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Hapus PR untuk Siswa: Strategi Pendidikan atau Sekadar Dorongan Populis Semata?
Namun, bagi mereka, penghargaan bukan tujuan akhir. Setiap cerita yang berhasil disampaikan dengan tepat sasaran adalah kemenangan kecil tersendiri.
PR adalah tentang menghadirkan pesan yang hidup, membangun koneksi, dan membuat orang merasa dekat dengan sebuah brand tanpa merasa “dijualin.”
Karena pada akhirnya, PR bukan hanya soal bicara, tapi soal mendengar, meramu, dan membuat cerita menjadi berarti. Di balik layar, mereka bekerja tanpa sorak-sorai besar. Tapi langkah sunyi itu justru membuat banyak cerita sampai ke hati publik.