- Kondisi kesehatan Bella Hadid kembali menjadi sorotan. Ia tengah menjalani perawatan akibat penyakit lyme.
- Bella Hadid pertama kali terdiagnosis penyakit lyme pada 2013, meski gejala sebenarnya sudah ia rasakan sejak dua tahun sebelumnya.
- Penyakit lyme adalah infeksi bakteri yang ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi.
Suara.com - Kondisi kesehatan Bella Hadid kembali menjadi sorotan. Sang supermodel diketahui tengah menjalani perawatan akibat penyakit lyme.
Model berusia 28 tahun itu diketahui masih berjuang melawan lyme disease yang dideritanya pada 2013 atau saat masih berusia 16 tahun.
Dalam deretan foto yang ia unggah, adik Gigi Hadid tersebut tampak berbaring di ranjang, bahkan pada salah satu foto terlihat sedang menggunakan infus.
Tak hanya itu, Bella Hadid juga membagikan potret lain, mulai dari pemandangan dari jendela kamarnya, momen bersantai, menyantap pizza, hingga menonton film.
"Maaf aku selalu pergi MIA, aku cinta kalian," tulis Bella Hadid dalam bahasa Inggris saat membagikan foto-foto tersebut, dikutip Sabtu, 20 September 2025.
Bella Hadid pertama kali terdiagnosis penyakit lyme pada 2013, meski gejala sebenarnya sudah ia rasakan sejak dua tahun sebelumnya.
Sang ibu, Yolanda Hadid, pernah menjelaskan bahwa gejala penyakit yang diderita sang putri sering kali tidak terlihat jelas oleh orang lain.
Setelah lebih dari satu dekade berjuang, Bella Hadid sempat mengabarkan kondisinya membaik pada 2023. Namun, kini kondisinya kembali memburuk.

Apa Itu Penyakit Lyme?
Melansir dari laman National Health Service (NHS), penyakit lyme adalah infeksi bakteri yang ditularkan ke manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi. Kondisi ini bisa ditangani lebih mudah apabila terdeteksi sejak dini, sehingga penting untuk mengenali gejala awalnya.
Baca Juga: Bella Hadid Sakit Apa? Bagikan Foto Sedang Dirawat, Kondisinya Bikin Khawatir
Gejala Penyakit Lyme
Salah satu tanda awal yang umum muncul adalah ruam berbentuk lingkaran atau oval di sekitar area gigitan kutu. Ruam ini biasanya muncul dalam waktu 1 hingga 4 minggu setelah gigitan, meski pada beberapa kasus bisa muncul hingga 3 bulan kemudian.
Ruam dapat bertahan selama beberapa minggu, dengan bagian tengah yang tampak lebih gelap atau terang, dan secara perlahan melebar.
Ruam tidak selalu terasa panas atau gatal. Pada kulit putih, warnanya bisa tampak merah muda, merah, atau ungu, sedangkan pada kulit cokelat atau gelap, ruam sering kali lebih sulit terlihat dan bisa menyerupai memar.
Selain ruam, penderita juga dapat mengalami gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta rasa lelah yang berlebihan.
Risiko Terkena Penyakit Lyme
Tidak semua kutu membawa bakteri penyebab penyakit lyme, namun tetap penting untuk waspada. Kutu berisiko tinggi biasanya banyak ditemukan di area berumput dan berhutan, termasuk wilayah Inggris bagian selatan hingga dataran tinggi Skotlandia. Oleh karena itu, kesadaran untuk mencegah gigitan kutu sangatlah penting.
Cara Mencegah dan Mengeluarkan Kutu
Risiko tertular bisa ditekan dengan menghindari gigitan kutu dan segera mengeluarkannya jika sudah menempel di kulit.
Cara yang tepat adalah menggunakan pinset ujung halus atau alat khusus penghapus kutu, menjepitnya sedekat mungkin dengan kulit, lalu menarik perlahan ke atas tanpa meremas tubuh kutu.
Setelah berhasil dikeluarkan, bersihkan area gigitan dengan antiseptik atau sabun dan air.
Selain itu, gunakan pakaian yang menutup tubuh, kenakan celana panjang yang dimasukkan ke dalam kaus kaki, serta semprotkan obat antiserangga dengan kandungan DEET pada kulit dan pakaian.
Mengenakan pakaian berwarna terang juga membantu agar kutu lebih mudah terlihat dan segera dibersihkan.
Diagnosis dan Pengobatan
Dokter akan menanyakan gejala, riwayat gigitan, hingga melihat adanya ruam untuk menentukan diagnosis.
Namun, penyakit lyme cukup sulit dipastikan karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Tes darah memang tersedia, tetapi akurasinya tidak selalu tinggi pada tahap awal.
Jika dokter mencurigai adanya penyakit lyme, biasanya akan diberikan antibiotik. Pengobatan akan lebih efektif jika dimulai sejak dini.
Lama penggunaan antibiotik bisa mencapai 28 hari, dan pasien harus tetap menghabiskan obat meskipun merasa lebih baik.
Dalam kasus yang parah, pasien mungkin dirujuk ke rumah sakit agar antibiotik dapat diberikan langsung melalui pembuluh darah.
Kebanyakan penderita akan pulih setelah pengobatan, meski pada sebagian orang proses pemulihan bisa memakan waktu berbulan-bulan.
Gejala Berkepanjangan
Beberapa penderita tetap mengalami gejala seperti rasa lelah, nyeri, dan hilangnya energi meskipun sudah menjalani pengobatan.
Kondisi ini kerap disamakan dengan fibromyalgia atau sindrom kelelahan kronis. Hingga kini, penyebab pasti mengapa hal ini terjadi pada sebagian orang masih belum jelas, dan belum ada terapi yang disepakati.
Jika gejala kembali muncul atau tidak kunjung membaik, penderita disarankan berkonsultasi kembali ke dokter.
Dukungan tambahan bisa diberikan, mulai dari rujukan asesmen perawatan, penyesuaian aktivitas dengan sekolah atau tempat kerja, hingga bantuan komunikasi dengan layanan sosial keluarga.