Penulisan dalam Aksara Bali
Dalam aksara Bali, frasa Om Shanti Shanti kerap dijumpai dalam lontar, naskah keagamaan, hingga prasasti yang berkaitan dengan tradisi Hindu Bali.
Kalimat ini juga terdapat dalam Mantra Puja Tri Sandya, doa yang diucapkan umat Hindu Bali tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore). Salah satunya berbunyi:
Om ksantavyah kayiko dosah
Ksantavyo vaciko mama
Ksantavyo manaso dosah
Tat pramadat ksamasva mam
Om santih, santih, santih om
Artinya:
Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosa anggota badan hamba. Ampunilah dosa perkataan hamba. Ampunilah dosa pikiran hamba. Ampunilah hamba dari kelalaian hamba. Semoga damai, damai, damai, ya Tuhan.
Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam praktik sehari-hari, ucapan Om Shanti Shanti Shanti Om biasa digunakan di akhir sambutan, rapat adat, maupun upacara keagamaan.
Sama halnya dengan "Om Swastyastu: yang kerap dipakai sebagai salam pembuka, Om Shanti digunakan sebagai salam penutup. Karenanya penempatan Om Shanti dalam pidato Presiden Prabowo sudah tepat dilakukan di akhir pidato.
Dalam konteks pidato Presiden Prabowo di PBB, penyebutan "Om Shanti Shanti" bukan sekadar salam, melainkan pesan simbolis bahwa Indonesia ingin menyuarakan harmoni di tengah dunia yang penuh ketegangan.
Baca Juga: Apa Itu Bintang Jasa Utama? Penghargaan dari Presiden Prabowo untuk Bill Gates
Itu karena, seperti yang dijelaskan di atas bahwa ucapan yang terdengar sederhana ini sesungguhnya membawa pesan yang universal. Terdapat harapan akan kedamaian yang menyentuh jasmani, pikiran, dan jiwa manusia. Tak heran bila kalimat ini kerap dijadikan penutup doa, meditasi, atau pertemuan penting.
Demikian itu arti "Om Shanti Shanti Shanti Om" yang mana lebih dari sekadar frasa. Ia adalah doa, harapan, sekaligus filosofi hidup yang diwariskan umat Hindu dari generasi ke generasi dengan makna damai yang mendalam. Kalimat ini kini melampaui batas agama dan budaya, menjadi seruan universal bagi umat manusia untuk mengutamakan perdamaian.
Kontributor : Mutaya Saroh