Jokowi kini duduk sejajar dengan nama-nama besar seperti Gita Gopinath (Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF), Marc Rowan (CEO Apollo Global Management), Ravi Menon (Duta Aksi Iklim Singapura), Noubar Afeyan (pendiri Moderna), serta tokoh internasional lainnya.
Tugas utama dewan ini adalah memberikan saran dan pandangan strategis terkait berbagai persoalan besar dunia, mulai dari konflik geopolitik, transformasi digital, krisis iklim, hingga masalah rantai pasok global.
Bagi Jokowi, posisi ini menjadi kesempatan untuk menyuarakan pandangan negara-negara berkembang, seperti bagaimana mereka menjaga pertumbuhan ekonomi, mendorong industrialisasi, sekaligus menghadapi tantangan transisi energi hijau.
Dalam profil resminya, Bloomberg menyebut Jokowi sebagai seorang politikus, insinyur, sekaligus pengusaha yang pernah menjabat Presiden Indonesia pada 2014 hingga 2024.
Bloomberg juga menyoroti rekam jejak Jokowi sebagai presiden pertama Indonesia yang tidak berasal dari militer maupun elite politik.
Hal itu dianggap sebagai nilai lebih, karena ia membawa pengalaman kepemimpinan yang praktis, dekat dengan masyarakat, dan berbeda dari kebanyakan pemimpin dunia.
Dengan latar belakang tersebut, kontribusi Jokowi diyakini bisa memberi warna baru dalam mencari solusi yang lebih inklusif bagi perekonomian global.
Demikianlah penjelasan lengkap terkait apa itu Bloomberg New Economy, di mana Jokowi ditunjuk menjadi Dewan Penasihat.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas
Baca Juga: Politisi PSI Bela Jokowi Soal Tuduhan Absen di Sidang Umum PBB, Singgung Masa Pandemi