5 Fakta Musala Pondok Pesantren Al Khoziny Ambruk: Telan Korban Jiwa, Belum Punya IMB?

Rabu, 01 Oktober 2025 | 15:21 WIB
5 Fakta Musala Pondok Pesantren Al Khoziny Ambruk: Telan Korban Jiwa, Belum Punya IMB?
Bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). [ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz]

Suara.com - Bangunan musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur mendadak ambruk pada Senin 29 September 2025.

Insiden tersebut menyebabkan beberapa santri mengalami luka-luka, ada juga yang terdeteksi telah meninggal dunia.

Sesaat setelah kejadian nahas itu, Tim SAR langsung dikerahkan menuju lokasi. Pengerahan dilakukan untuk segera mengevakuasi santri-santri yang terjebak dalam reruntuhan bangunan musala.

Tidak hanya itu, belasan ambulans turut dikerahkan ke lokasi kejadian untuk membantu proses evakuasi. Selanjutnya, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga menurunkan eskavator demi misi penyelamatan korban.

Kejadian musala ambruk di Ponpes Al-Khoziny terjadi ketika banyak santri tengah melaksanakan ibadah salat Ashar berjamaah sehingga mereka tidak sempat menghindar saat kejadian.

Sejumlah fakta pun terungkap berkaitan dengan kejadian ambruknya musala Ponpes Al-Khoziny, yang berhasil dirangkum.

1. Terjadi saat shalat ashar

Insiden itu terjadi pada pukul 15.00 WIB, masuk waktu salat Ashar. Bahkan salah satu santri selamat mengungkapkan bahwa saat kejadian ratusan santri sedang menjalankan ibadah di sana.

“Masuk rakaat kedua bagian ujung musala ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung,” ungkap seorang santri bernama Wahid.

Baca Juga: Detik-detik Evakuasi Korban Musala Roboh di Al Khoziny, Viral Dialog Pilu Tim SAR dengan Santri

Ada juga santri lainnya mengatakan bahwa dirinya sempat mendengar suara bangunan dari arah atas ketika sholat.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa musala terdiri tiga lantai, yang mana semuanya masih tahap proses pembangunan.

“Dengar suara seperti material jatuh retak-retak, tambah lama tambah keras, akhirnya jatuh,” kata Rijalul.

2. Tidak memiliki IMB

Peristiwa ambruknya bangunan musala di Ponpes Al Khoziny memantik keprihatinan tinggi, hingga Bupati Sidoarjo Subandi turut menyayangkan kejadian tersebut.

Bagian bangunan yang ambruk diduga belum mempunyai izin mendirikan bangunan (IMB), seperti yang diungkap oleh Bupati Sidoarjo saat bertemu awak media.

“Ini saya tanyakan izin-izinnya mana, tapi ternyata nggak ada. Tadi ngecor lantai tiga, karena konstruksinya tidak standar, jadi akhirnya roboh,” tutur Bupati Sidoarjo.

Lebih lanjut, ia kembali menyoroti perihal banyaknya pesantren yang lebih mengutamakan pembangunan dulu daripada izin pendirian.

“Jadi banyak pondok itu kadang bangun masjid, pondok, kadang dia tidak mengurus IMB nya dulu, langsung bangun. Baru selesai, izin-izin ini baru selesai termasuk IMB ini harus dilakukan dulu, agar konstruksinya sesuai standar,” paparnya.

3. Permohonan maaf dari pengasuh ponpes

Pasca kejadian naas yang menimpa salah satu ponpes di Sidoarjo, pihak pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, KH Abdus Salam Mujib telah mengungkapkan permintaan maaf pada para korban.

Ia menyampaikan permohonan tersebut di hadapan wali santri. Lebih lanjut pengasuh ponpes tersebut menyatakan kalau kejadian naas ini sudah menjadi takdir Tuhan.

“Ya saya kira ini takdir dari Allah, jadi semuanya harus bisa bersabar. Dan mudah-mudahan juga diganti oleh Allah yang lebih baik,” tuturnya saat ditemui awak media.

Ia juga menambahkan pernyataan bahwa duka yang terjadi saat ini, terkait korban ambruknya musala akan membuahkan pahala.

“Diberi pahala yang sangat-sangat, apa ya, nggak bisa mengutarakan dan mudah-mudahan dibalas kebaikan oleh Allah SWT yang lebih dari musibah ini,” jelasnya.

4. Penopang cor kurang kuat

Kejadian naas runtuhnya bangunan musala yang menyebabkan korban luka dan meninggal dunia, diduga karena penopang cornya. Pengasuh ponpes menyebut bahwa saat kejadian masih proses pengecoran akhir di area dek atas.

“Sepertinya penopang cor itu tidak kuat. Jadi seperti menopang ke bawah. Ini pengecoran yang terakhir saja, itu jebol. Ya hanya itu. Sudah lama kurang lebih 9 sampai 10 bulan,” ucapnya.

5. Korban luka dan meninggal dunia

Personel tim pencarian dan pertolongan gabungan sudah dikerahkan sebanyak ratusan personel untuk evakuasi korban.

Hingga kabar ini diturunkan telah tercatat 26 orang menjalani rawat inap, 70 orang bisa pulang, 1 orang dirujuk ke rumah sakit Mojokerto, 3 orang meninggal dunia dan 6 orang masih bertahan pada salah satu segmen reruntuhan.

Kontributor : Damayanti Kahyangan

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI