Prokrastinasi atau menunda tugas sering dianggap solusi agar terhindar dari rasa takut gagal. Namun, makin lama tugas menumpuk, makin besar pula beban pikiran. Ujung-ujungnya justru menambah stres dan rasa bersalah.
8. Terlalu Sibuk Bekerja
Sebagian orang menutupi masalah pribadi dengan bekerja berlebihan. Awalnya terlihat produktif, tetapi lama-kelamaan bisa memicu kelelahan, mengganggu kehidupan sosial, hingga meningkatkan risiko burnout.
9. Agresif
Melampiaskan emosi dengan marah atau bersikap kasar pada orang lain bukan jalan keluar. Selain merusak hubungan, kebiasaan ini membuat orang terdekat menjauh sehingga masalah terasa makin berat.
10. Layar Berlebihan
Menghabiskan waktu terlalu lama di depan layar, baik bermain gim, menonton, atau berselancar di media sosial, juga bisa menjadi pelarian. Jika berlebihan, kebiasaan ini membuat orang mengabaikan tanggung jawab, hubungan nyata, bahkan kesehatan diri.
Meski bentuknya berbeda, semua mekanisme ini memiliki pola serupa: awalnya tampak menolong, tetapi lama-lama justru berubah menjadi masalah utama. Singkatnya, cara kita mengatasi krisis emosional bisa berbalik menjadi sumber krisis baru.
Hidup memang penuh tantangan, dan wajar bila setiap orang mencari jalan keluar untuk mengurangi tekanan. Namun, penting menyadari bahwa tidak semua cara itu tepat. Menyadari risiko dari kebiasaan buruk adalah langkah pertama untuk beralih ke strategi yang lebih sehat.
Baca Juga: 5 Stages of Grief dalam Perceraian, Kamu di Tahap Mana?
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa