10 Pendakian Seru di Indonesia yang Wajib Dicoba oleh Pencinta Alam

Ruth Meliana Suara.Com
Selasa, 28 Oktober 2025 | 13:17 WIB
10 Pendakian Seru di Indonesia yang Wajib Dicoba oleh Pencinta Alam
Ilustasi mendaki gunung [pexels.com]

Indonesia adalah surga bagi para pecinta alam dan pendaki, menawarkan berbagai jalur menantang di pegunungan, gunung berapi, dan hutan hujan. 

Dilansir dari Jungleinn, dengan keindahan alam yang memukau dan keanekaragaman hayati yang luar biasa, setiap pendakian memberikan pengalaman yang tak terlupakan. 

Dari puncak-puncak gunung berapi di Jawa dan Bali hingga hutan lebat di Sumatera yang diselimuti awan serta dataran tinggi Papua yang terjal, setiap pulau menyuguhkan jalur-jalur yang menguji fisik dan mental. 

Mendaki di sini bukan sekadar tentang mencapai puncak melainkan tentang penjelajahan lanskap yang dinamis kawah yang mengepul, sawah terasering yang hijau, pura yang sakral, desa-desa terpencil, dan ekosistem yang menjadi habitat bagi beberapa satwa langka di dunia.

Berikut adalah 10 pendakian terbaik yang wajib dicoba oleh setiap pecinta alam di Indonesia:

Ilustrasi Gunung Rinjani. (Foto: Wikipedia)
Ilustrasi Gunung Rinjani. (Foto: Wikipedia)

1. Gunung Rinjani (Lombok)

Gunung Rinjani adalah destinasi utama untuk menjelajahi gunung berapi di Indonesia, menawarkan kaldera luas dan danau kawah Segara Anak, serta sumber air panas.

Pendakian biasanya berlangsung 2-3 hari, dengan jalur curam dan berkemah di lereng gunung. Rute Sembalun lebih panjang dan landai, sementara Senaru lebih curam, dengan puncak di ketinggian 3.726 m yang dicapai sebelum fajar.

Musim terbaik untuk pendakian adalah saat kemarau (April-September), dan penting untuk memesan pemandu berlisensi.

Baca Juga: Pemerintah Tegaskan: Gunung Lawu Tak Masuk Area Kerja Panas Bumi

Hormati tradisi masyarakat Sasak dan jagalah lingkungan dengan tetap di jalurnya. Pastikan membawa sleeping bag hangat, pakaian berlapis, senter kepala, tongkat trekking, dan sepatu bot yang kuat, serta menyiapkan biaya untuk parkir dan memberi tip kepada porter.

2. Gunung Semeru/Mahameru (Jawa Timur)

Semeru adalah pilihan ideal untuk pengalaman mendaki gunung berapi klasik "puncak saat matahari terbit" di Jawa. Jalur menuju puncak Mahameru berpasir dan dramatis, melewati Danau Ranu Kumbolo yang indah untuk berkemah serta semak-semak alpen.

Pendakian biasanya berlangsung 2-3 hari dari Ranu Pane ke Kalimati dan puncak, dengan perjalanan terakhir dimulai tengah malam.

Puncak yang tingginya sekitar 3.676 m memiliki tanjakan curam lebih dari 1.000 m, sehingga cocok untuk pendaki berpengalaman. Musim terbaik untuk mendaki adalah saat kemarau dari Mei hingga Oktober, tetapi penting untuk memeriksa aktivitas gunung berapi karena Semeru bisa ditutup saat aktif.

Pendakian ini melibatkan kerikil lepas dan potensi abu vulkanik, jadi selalu patuhi peraturan lokal dan ikuti petunjuk dari penjaga hutan.

3. Gunung Kerinci (Sumatera) 

Gunung Kerinci (3.805 m) di Taman Nasional Kerinci Seblat adalah gunung berapi tertinggi di Sumatera, menawarkan pendakian curam dari hutan ke pegunungan dengan keanekaragaman hayati yang berlimpah, termasuk primata dan burung.

Jalurnya langsung dan menantang, membutuhkan fisik yang baik untuk menyelesaikannya. Pendakian biasanya berlangsung 2-3 hari, dan pendaki harus siap menghadapi hujan lebat serta jalur berlumpur di musim hujan.

Izin dan pendampingan dari penjaga hutan adalah wajib, dan karena lokasi yang terpencil, penting untuk mengalokasikan waktu perjalanan dari Padang atau Jambi serta menggunakan pemandu lokal yang terpercaya.

4. Kawah Ijen (Kawah Ijen, Jawa Timur) 

Kawah Ijen terkenal dengan fenomena "api biru", yaitu nyala gas belerang yang terlihat di malam hari, serta danau kawah berwarna biru kehijauan yang memukau.

Meskipun pendakiannya singkat, pengalaman di kawah yang bersejarah dan kisah para penambang belerang menjadikannya tak terlupakan. Pendakian malam yang biasanya memakan waktu 2-4 jam pulang pergi dari desa ke bibir kawah melibatkan jalur curam, dan tepi kawah bisa angin serta licin.

Untuk menyaksikan api biru, pendakian harus dilakukan sangat pagi, sering kali sebelum tengah malam, dengan pemandu berpengalaman.

Karena uap belerang berbahaya, penting untuk menggunakan masker gas yang sesuai dan menjaga jarak dari ventilasi aktif, serta memperhatikan kondisi kerja para penambang dan menghindari tur yang mengeksploitasi mereka.

5. Gunung Agung (Bali)

Gunung Agung, sebagai puncak tertinggi di Bali, bukan hanya sebuah gunung, tetapi juga situs ziarah yang kaya akan makna budaya. 

Jalurnya yang terjal dan berbatu memberikan tantangan tersendiri bagi para pendaki, namun semua usaha itu terbayar dengan pemandangan matahari terbit yang menakjubkan di atas pura dan laut. 

Pendakian dimulai dari Pura Pasar Agung atau titik awal lainnya, biasanya memakan waktu antara 4 hingga 8 jam, tergantung pada rute yang dipilih dan kondisi fisik pendaki. 

Untuk mencapai puncak sebelum fajar, pendakian sering kali dilakukan di kegelapan malam, sehingga pemandu sangat disarankan agar pendaki dapat menavigasi dengan aman.

Mengingat Gunung Agung dianggap suci, sangat penting untuk berpakaian dan berperilaku sopan di sekitar pura, dan beberapa rute mungkin dilarang selama upacara keagamaan.

6. Gunung Batur (Bali) 

Gunung Batur adalah pilihan utama bagi mereka yang ingin menikmati pengalaman mendaki sambil menyaksikan matahari terbit di Bali.

Pendakian ini cukup singkat dan sering kali menjadi pilihan bagi wisatawan yang baru pertama kali mendaki gunung berapi. 

Rutenya lebih mudah dibandingkan dengan Agung dan Rinjani, sehingga cocok untuk pendaki kasual dan keluarga. 

Pendakian biasanya memakan waktu antara 1,5 hingga 3 jam, tergantung dari titik awal, dan banyak operator yang menawarkan paket pendakian berpemandu dengan penjemputan dari hotel. 

Meskipun sering ramai, Anda bisa menghindari kemacetan dengan memulai lebih dari satu pagi atau memilih hari kerja untuk mendaki. 

Setelah mencapai puncak, Anda bisa melengkapi pengalaman dengan berendam di air panas. Pastikan untuk memilih operator yang ramah lingkungan dan menghindari tur komersial yang terlalu padat, agar jalur tetap terjaga.

7. Gunung Tambora (Sumbawa) 

Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815, yang merupakan salah satu letusan terbesar dalam sejarah, telah mengubah iklim global dan menciptakan kaldera yang kini menjadi lanskap liar yang menakjubkan, dihiasi dengan tumbuhan endemik dan jalur jejak yang jarang dilalui. 

Perjalanan di sekitar area ini membawa Anda melintasi hutan tropis, sabana, dan punggung gunung berapi, diakhiri dengan pemandangan kaldera yang luas. 

Ekspedisi umumnya berlangsung selama 3 hingga 5 hari, dengan berkemah di lokasi terpencil di dalam kaldera. Karena lokasi pulau yang terpencil, perjalanan ini memerlukan kondisi fisik yang baik dan perencanaan logistik yang matang.

Untuk menuju Sumbawa, penting untuk mengatur dukungan dan izin lokal, serta membawa perlengkapan berkemah dan persediaan yang cukup, karena kemandirian sangat dibutuhkan dalam perjalanan ini.

8. Puncak Jaya/Piramida Carstensz (Papua) 

Puncak Jaya, atau Piramida Carstensz, adalah puncak tertinggi di Indonesia dan Australia, dengan ketinggian sekitar 4.884 m.

Bagi pendaki yang ambisius, puncak ini menawarkan tantangan unik dengan akses terpencil dan permukaan batu teknis, serta kesempatan berinteraksi dengan suku dataran tinggi Papua. Pendakian ini sering menjadi bagian dari rencana perjalanan Seven Summits dan memerlukan keterampilan panjat tebing serta pengurusan izin yang rumit.

Ekspedisi biasanya memakan waktu beberapa minggu, tergantung pada agen dan rute. Pendaki asing harus mendapatkan izin dan persetujuan dari pemerintah daerah, serta sering kali memerlukan pengawalan polisi. Penting untuk menghormati masyarakat setempat dan, jika memungkinkan, merekrut dukungan lokal untuk mendukung perekonomian di daerah tersebut.

9. Rantemario/Gunung Latimojong (Sulawesi) 

Bagi para pendaki yang ingin menjelajahi keindahan alam Sulawesi yang terjal, Pegunungan Latimojong, dengan Puncak Rantemario, menawarkan jalur-jalur terpencil, hutan lumut, dan punggung bukit yang membentang, menciptakan suasana liar yang jarang ditemui di Jawa dan Bali. 

Pendakian ini ekologis ekologi dan budaya Sulawesi. Biasanya pendakian berlangsung selama 2 hingga 4 hari, dengan jalur yang curam dan masuk di lokasi terpencil. 

Navigasi bisa menjadi tantangan, terutama di bagian hutan awan yang bersahabat, sehingga disarankan untuk menyewa pemandu lokal yang berpengalaman. Wilayah ini masih sedikit dikunjungi wisatawan, jadi bersiaplah untuk berkemah primitif dan keterbatasan dalam pilihan pasokan ulang.

10. Trek Bukit Lawang ke Gunung Leuser (Sumatera) 

Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatra Barat menawarkan jalur-jalur hutan hujan dataran rendah yang membawa Anda ke habitat kaya satwa liar, dengan Bukit Lawang terkenal sebagai tempat pertemuan orangutan secara etis di sepanjang jalur sungai. 

Bagi para trekker yang lebih mengutamakan keanekaragaman hayati daripada mencapai puncak, perjalanan hutan selama beberapa hari disini memberikan kesempatan untuk mengamati satwa liar, menjelajahi kanopi hutan, dan berpartisipasi dalam proyek konservasi. 

Tingkat kesulitan bervariasi, mulai dari jalan kaki santai dalam sehari hingga ekspedisi hutan yang berlangsung 2 hingga 5 hari, tergantung pada kedalaman perjalanan. 

Kondisi jalur dan penyeberangan sungai dapat berbeda-beda tergantung musim. Penting untuk memilih pemandu yang memiliki reputasi baik dan mengamati pengamatan satwa liar yang etis dengan cara menjaga jarak, tidak memberi makan satwa liar, dan mengikuti panduan penjaga hutan untuk meminimalkan risiko penularan penyakit dan gangguan.

Setiap pendakian di Indonesia menawarkan tantangan fisik sekaligus pengalaman budaya dan keindahan alam yang luar biasa. Penting untuk mempersiapkan diri dengan baik, menghormati lingkungan, dan mengikuti pedoman keselamatan.

Dengan semangat dan persiapan yang tepat, Anda akan menemukan bahwa Indonesia menyimpan beberapa pengalaman pendakian paling spektakuler di Asia.

Kontributor : Laili Nur Fajar Firdayanti

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI