-
- Anak muda desa sulit kuliah, dan Desabumi–UNDIP hadir lewat Beasiswa Desabumi untuk membuka akses itu.
- Potensi desa terhenti karena akses kuliah timpang, sehingga kolaborasi Desabumi–UNDIP membuka jalannya.
- Kesenjangan pendidikan dijawab lewat Beasiswa Desabumi–UNDIP agar anak desa bisa kuliah tanpa beban biaya.
Suara.com - Kesempatan anak muda desa untuk menempuh pendidikan tinggi masih terhambat oleh masalah yang terus berulang akses yang jauh dari perguruan tinggi, keterbatasan ekonomi keluarga, dan minimnya dukungan ekosistem pembelajaran di tingkat lokal.
Akibatnya, banyak talenta terbaik desa kehilangan peluang untuk berkembang, sementara pembangunan di pedesaan pun berjalan lebih lambat karena kurangnya sumber daya manusia yang terdidik.
Kesenjangan inilah yang mendorong berbagai pihak bergerak mencari solusi yang lebih permanen dan berkelanjutan.
Kolaborasi antara lembaga sosial dan perguruan tinggi mulai dibangun untuk memastikan akses pendidikan tidak hanya menjadi hak anak kota, tetapi juga masa depan bagi anak-anak desa di seluruh Indonesia.
Dalam upaya memperluas akses pendidikan tinggi bagi putra-putri terbaik desa, Desabumi menjalin audiensi strategis dengan Universitas Diponegoro (UNDIP) untuk membahas penerapan Program Beasiswa Desabumi.
![Ilustrasi pendidikan gratis. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/04/20/16553-ilustrasi-pendidikan-gratis-ist.jpg)
Inisiatif ini diharapkan menjadi langkah nyata dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia desa dan mempercepat pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Audiensi ini dihadiri oleh Pendiri Desabumi Gamma Thohir dan Zagy Berian selaku SRE Indonesia, bersama jajaran pimpinan Universitas Diponegoro: Edy Surahmad, S.Pd., M.Si., Direktur Kemahasiswaan dan Alumni, serta Anggun Puspitarini Siswanto, S.T., Ph.D., Wakil Direktur Kerja Sama. Pihak UNDIP menyambut baik semangat kolaboratif ini.
“Kami meyakini, pengembangan desa berasal dari talenta desa. Arah pengembangan ini berasal dari kemampuan berwirausaha, tentu ilmu manajemen dan ekonomi menjadi dasar keilmuan. Cita-cita Desabumi menciptakan sarjana dan kembali untuk ke desa untuk menginspirasi teman-teman lainnya,” ujar Gamma Thohir.
Pada tahap awal, penerima Beasiswa Desabumi akan berasal dari empat desa binaan: Sukobubuk, Bangkiling, Liyu, dan Ciptagelar. Program ini mencakup dukungan biaya kuliah, biaya hidup, serta pembinaan bagi mahasiswa yang memiliki semangat tinggi tetapi terkendala ekonomi.
Baca Juga: Pahlawan Tanpa Perlindungan Hukum: Kisah Rasnal dan Abdul Muis
“Rancangan beasiswa ini nantinya akan dipadukan dengan organisasi SRE untuk mengasah soft-skill dan hard-skill. SRE telah ada di 53 kampus, salah satunya di Undip. Kami memiliki impian, kota Semarang ini menjadi titik pertama karena strategis berada di tengah pulau Jawa dengan sejarah perjuangan yang kuat,” ujar Zagy Berian, Pendiri SRE Indonesia.
Ke depan, Desabumi juga berencana menggandeng UNDIP untuk menjadikan desa-desa binaan sebagai laboratorium pembelajaran, termasuk program KKN dan pengabdian masyarakat, terutama untuk pengembangan desa berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang menjadi fokus Desabumi.
Pihak Universitas Diponegoro menegaskan dukungannya terhadap inisiatif ini.
“Universitas Diponegoro berkomitmen untuk memberikan akses pendidikan yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk mahasiswa dari desa. Kami percaya, dengan adanya kerja sama seperti ini, kampus tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang untuk membangun masa depan desa,” ujar Edy Surahmad.