- Banjir bandang dan tanah longsor melanda tiga provinsi Sumatra (Aceh, Sumut, Sumbar).
- Bencana ini menyebabkan 442 korban meninggal dunia hingga Minggu malam.
- Genangan air dan lingkungan lembap pasca banjir meningkatkan risiko penyakit umum seperti diare, DBD karena nyamuk, dan Leptospirosis dari air tercemar.
Suara.com - Banjir bandang dan tanah longsor baru-baru ini melanda tiga provinsi di Pulau Sumatra, yakni Aceh, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar).
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat hingga Minggu malam, jumlah korban meninggal dunia telah mencapai 442 orang.
Sehubungan dengan ini, penting pula bagi masyarakat memahami penyakit yang sering muncul setelah banjir agar dapat melakukan langkah pencegahan lebih dini.
![Foto udara permukiman warga terdampak banjir bandang di Desa Aek Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (29/11/2025). [ANTARA FOTO/Yudi Manar/bar]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/12/01/32773-bencana-banjir-sumatera-banjir-bandang-di-tapanuli-selatan-banjir-sumut.jpg)
Macam-Macam Penyakit Pasca Banjir
Genangan air yang kotor dan lingkungan lembap setelah banjir dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang mengancam kesehatan.
Melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), berikut beberapa penyakit yang sering muncul setelah banjir.
1. Diare
Diare sering muncul akibat konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit.
Kondisi ini bisa lebih berisiko pada anak-anak dan lansia karena tubuh mereka lebih rentan terhadap dehidrasi.
Penting untuk tetap memastikan kebersihan makanan dan minuman agar risiko diare bisa diminimalkan.
Baca Juga: Apakah Mobil Listrik Aman Terkena Banjir? Ini Pertolongan Pertamanya
2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Banjir meninggalkan genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini dapat menularkan virus dengue, penyebab DBD.
Gejala seperti demam tinggi, nyeri otot, dan bintik merah pada kulit harus diwaspadai dan segera ditangani di fasilitas kesehatan.
3. Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri leptospira yang masuk ke tubuh melalui luka terbuka atau selaput lendir, misalnya pada mata atau mulut.
Banjir sering membawa air yang tercemar urine hewan, sehingga risiko infeksi Leptospirosis dapat sangat meningkat.
Gejala awal termasuk demam, nyeri otot, dan mual, yang jika tidak ditangani dapat berkembang menjadi komplikasi serius.
4. Penyakit kulit
Penyakit kulit pasca banjir bisa berupa infeksi jamur, kurap, atau iritasi akibat air kotor dan lembap.
Kulit yang lembap terlalu lama dan kontak dengan air tercemar memicu gatal, kemerahan, hingga lecet.
Menjaga kebersihan kulit dan mengganti pakaian basah segera sangat penting untuk mencegah infeksi.
5. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Lingkungan lembap dan kotor pasca banjir memicu munculnya ISPA. Infeksi ini biasanya disebabkan virus atau bakteri yang menyerang saluran pernapasan.
Gejala yang muncul antara lain batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Anak-anak dan lansia lebih rentan terhadap kondisi ini.
6. Penyakit saluran pencernaan lain
Selain diare, penyakit lain yang sering muncul setelah banjir adalah demam tifoid. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri Salmonella yang terkandung dalam air atau makanan yang terkontaminasi.
Untuk mencegahnya, penting menjaga kebersihan makanan, memastikan air minum aman, serta rutin mencuci tangan dengan sabun, terutama sebelum makan atau setelah beraktivitas di lingkungan yang tergenang air.
7. Memburuknya penyakit kronis
Banjir dan cuaca ekstrem bisa menurunkan daya tahan tubuh, membuat penderita penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau gangguan jantung lebih rentan mengalami komplikasi.
Oleh karena itu, penanganan rutin dan konsultasi dengan tenaga medis sangat disarankan bagi kelompok ini untuk menjaga kesehatan tetap stabil.