- Perayaan Lustrum ke-12 SMA Pangudi Luhur Jakarta menunjukkan jaringan alumni lintas generasi yang aktif dan memberi dampak.
- Rangkaian kegiatan pra-lustrum mencakup kegiatan sosial, tur sejarah, dan kompetisi olahraga yang menguatkan solidaritas.
- Puncak acara ditandai soft launching Patung Bruder Honoratus sebagai simbol warisan karakter dan nilai sekolah.
Suara.com - Di banyak sekolah, komunitas alumni biasanya hidup sekadarnya—sekali kumpul saat reuni, lalu kembali tenggelam oleh urusan masing-masing.
Namun berbeda dengan Pangudi Luhur Jakarta. Di sini, ikatan alumni bukan sekadar nostalgia angkatan, tetapi sebuah jaringan lintas generasi yang tumbuh seperti keluarga besar: organik, aktif, dan terus bergerak memberi dampak.
Ada nilai yang mengikat mereka, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kenangan masa putih abu-abu, yakni karakter, integritas, dan semangat pelayanan yang diwariskan para Bruder sejak puluhan tahun lalu.
Semangat itu kembali terasa kuat pada perayaan Lustrum ke-12 SMA Pangudi Luhur Jakarta, sebuah momentum yang memperlihatkan bagaimana komunitas alumni bukan hanya hadir, tetapi berkontribusi nyata.
Tema #BikinGeter bukan sekadar gimmick acara; ia menjadi gambaran bagaimana energi, solidaritas, dan rasa memiliki membuat ratusan alumni lintas generasi kembali ke kampus Brawijaya IV pada 15 November 2025 lalu.
Rangkaian kegiatan menuju Lustrum sudah dimulai bahkan sejak September. Ada tur sejarah Retro Walk menyusuri Kebayoran Baru, kegiatan sosial bersama pasien anak di RSAB Harapan Kita, hingga kompetisi olahraga seperti PL Padel Open dan PL Ping Pong Tournament—semuanya menjadi ruang pertemuan yang lebih intim daripada sekadar pesta reuni besar.
Bahkan nilai kebhinekaan khas Pangudi Luhur dihidupkan lewat Misa Syukur di Katedral dan shalat bersama di Masjid Istiqlal, refleksi bahwa pluralisme bukan jargon, tapi karakter.
Saat hari puncak tiba, suasana hangat langsung terasa. Alumni kembali menyusuri lorong-lorong sekolah, menyapa guru, dan berbagi cerita lintas angkatan.
Di panggung siang, bakat musik dan seni ditampilkan oleh siswa dan alumni, mengingatkan betapa kuatnya tradisi kreatif di sekolah ini. Apresiasi juga diberikan untuk siswa dan alumni berprestasi di olahraga padel, tenis meja, hingga tim BRABAS yang menorehkan prestasi di ajang DBL.
Baca Juga: Telkomcel Gelar Telkomcel Connect, Rayakan 13 Tahun Hubungkan Timor Leste
Namun momen paling bermakna bukanlah konser atau pertunjukan besar. Ia hadir dalam bentuk yang lebih sunyi namun penuh makna: Soft Launching Patung Bruder Honoratus pada malam hari.
Bagi banyak alumni, Bruder Honoratus bukan sekadar tokoh sejarah sekolah, melainkan figur yang mengajarkan disiplin, empati, dan kerja keras—nilai yang terbawa sampai mereka dewasa.
Patung yang diresmikan itu menjadi simbol penghormatan, sekaligus pengingat bahwa karakter adalah warisan paling berharga yang bisa ditinggalkan lembaga pendidikan.
Kontribusi alumni juga dipaparkan secara terbuka: pengembangan fasilitas, dukungan program pembinaan karakter, hingga berbagai inisiatif yang menunjukkan bahwa alumni bukan hanya hadir untuk bernostalgia, tetapi ikut membangun masa depan sekolah.
“Kami ingin terus berperan aktif mendukung sekolah, bukan hanya nostalgia,” ujar salah satu perwakilan alumni.
Pada akhirnya, Lustrum ke-12 ini menjadi refleksi bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tapi rumah karakter. Dan patung Bruder Honoratus berdiri sebagai simbol dari nilai yang menyalakan, menggerakkan, dan menyatukan mereka.