Tidak jauh dari Gereja Katolik, 160 jemaat Patmos Jono’oge Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) khusyuk mengikuti ibadah malam Natal di bangunan sederhana yang terbuat dari bahan kalsiboard dan rangka baja.Sebagian diantaranya adalah penyintas bencana yang selamat dari bencana likuefaksi di desa Jono’oge pada 28 September 2018 silam.
Salah seorang jemaat, Natola Laoli terlihat sesekali menyeka matanya diantara lagu-lagu natal yang dinyanyikan malam itu.Hari itu adalah tahun kedua, merayakan natal tanpa istrinya, yang meninggal dunia akibat lumpur likuefaksi. Jenazah istrinya – bersama seorang keponakannya – itu tidak pernah ditemukan. Natola mengungkapkan kehilangan istrinya dalam bencana alam itu sangat berat bagi dirinya dan ketiga anak perempuannya, tapi dukungan banyak pihak, membuat keluarganya tetap tegar.
“Dengan bencana itu saya pribadi lebih mendekatkan diri kepada Yang Kuasa, memaknai Natal bahwa kelahiran Yesus itu memberikan kekuatan yang baru, memberikan kemampuan untuk menerima yang terjadi,” kata Natola.
Selain kehilangan anggota keluarga, Natola juga kehilangan warung makan serta rumah tempat tinggal. Hingga kini dia masih tinggal di hunian sementara di desa Lolu Kabupaten Sigi. Menurutnya setahun lebih pascabencana alam di Sulawesi Tengah, pemerintah penting untuk membantu upaya pemulihan perekonomian masyarakat yang umumnya terpuruk karena kehilangan mata pencaharian, apalagi dengan situasi tidak berfungsinya saluran irigasi gumbasa menyebabkan areal pertanian tidak dapat diolah oleh petani.