"Saya menginstruksikan mereka untuk menjaga dan mengawal kondisi ini karena memang genting. Sampai-sampai menutup pesantren dan mengganggu pengajian. Untungnya ada kesadaran bersama untuk sama-sama menjaga pesantren ini," ungkapnya.
Tak hanya para Banser saja, sejumlah alumni Pondok Pesantren Nurul A'in dan warga setempat pun turun berdatangan. Sebab, mereka mengaku miris melihat kondisi pesantren yang telah disegel secara paksa oleh ahli waris tersebut.
"Saya miris melihat kondisi pesantren ditutup seperti ini," kata Asep Syahrul yang juga pernah menjadi santri di sini.
Pihak pengurus Pondok Pesantren Nurul A'in pun telah angkat bicara dan memberi konfirmasi perihal penyegelan pondok pesantrennya ini.
Ustaz Ahmad yang diberi amanah untuk menjaga pondok pesantren mengungkapkan bahwa ia diberi waktu sehari untuk berkemas.
Kendati demikian, Ahmad mengaku tidak menggubris permintaan dari ahli waris tersebut. Sebab, sejauh ini ia masih menunggu mediasi yang dilakukan oleh pihak desa tempat Pondok Pesantren Nurul A'in berdiri.
Ahmad juga menegaskan bahwa ia tidak akan membongkar seng yang menutupi pondok pesantrennya. Pasalnya, Ahmad berkeyakinan bahwa siapa yang memasang maka ia yang harus melepasnya.
"Ahli waris ngasih waktu kita sampai besok harus sudah beres. Cuma kami ya tidak menghiraukan. Kita masih menunggu hasil mediasi dari pihak desa sini," tandas Ustaz Ahmad.
Baca Juga: PTUN Bandung Putuskan Pencabutan Asimilasi Habib Bahar tidak Sah