Namun dalam jangka dekat, Linda mengatakan hal yang bisa dilakukan adalah meminta banyak pihak agar mengirimkan surat kepada La Trobe University.
"Untuk menghindari penutupan, kita lihat dua minggu ke depan, kami sedang berjuang bersama mahasiswa-mahasiswa kami sudah melobi banyak sekali orang," kata Linda lagi.
Ketika dihubungi oleh ABC Indonesia hari Senin (16/11/2020) pagi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di KBRI Canberra, Mohammad Imran Hanafi mengatakan sudah mengetahui kabar soal rencana penutupan tersebut.
Menurut Imran KBRI akan memberikan bantuan sehingga program di La Trobe ini tidak ditutup.
"Langkah dukungan ini kami lakukan karena negara bagian Victoria merupakan salah satu negara bagian yang memiliki pengembangan Program Bahasa Indonesia yang kuat pada tingkat sekolah dasar sampai ke sekolah menengah/universitas," kata Imran.
"Jika tidak cukup banyak lulusan sekolah menengah yang akan melanjutkan pada Program Bahasa Indonesia di La Trobe, lalu menjadi alasan penutupan program tersebut, kami akan memberikan dukungan."
Kami akan bicarakan dengan pihak La Trobe," tambah Imran.
Setelah dikontak ABC, Imran kemudian menghubungi Linda untuk memberikan dukungan dari KBRI.
Petisi BISA beredar online
Sebuah petisi online yang dibuat oleh BISA (Bahasa Indonesia Student Association) cabang La Trobe meminta siapa saja yang prihatin dengan keputusan La Trobe untuk mengisi dan memberikan dukungannya.
Baca Juga: Ditemukan di Australia: 5 Ekor Cumi-cumi Raksasa Langka
Sampai hari Senin siang waktu Melbourne, sudah lebih dari 600 orang mengisi petisi dengan target minimal 1.000 orang.
Menurut petisi tersebut, program pengajaran bahasa Indonesia seperti yang dilakukan La Trobe memberikan nilai tambah bagi warga Australia untuk memahami budaya, sistem pemerintahan dan masyarakat Indonesia, serta membangun kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam pekerjaan mereka setelah lulus.
Di tahun 1989, dari 42 universitas di Australia, 22 diantaranya memiliki jurusan bahasa Indonesia.
Menurut BISA, keputusan La Trobe untuk menghentikan program bahasa Indonesia dirasakan tidak tepat, karena di tahun 2021 pemerintah Australia menurunkan uang kuliah bagi mereka yang belajar bahasa.
"Bahkan pemerintah Australia, karena melihat pentingnya program pengajaran bahasa Indonesia, telah memutuskan menyelamatkan salah satu program pengajaran penting bahasa Indonesia yaitu ACICIS di bulan Agustus," demikian petisi yang dibuat oleh BISA