Pasien Anak Diduga Usus Buntu Meninggal, Orang Tuanya Menuntut Jawaban RS

SiswantoABC Suara.Com
Senin, 16 Mei 2022 | 15:51 WIB
Pasien Anak Diduga Usus Buntu Meninggal, Orang Tuanya Menuntut Jawaban RS
ilustrasi sakit perut (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Dia sempat bilang, 'Saya ingin bicara dengan Ayah'," katanya.

"Saya menangis. Dia tak menangis. Hanya menatapku. Saya sampaikan, 'Nak, banyak sekali dokter di sini, kamu akan segera sembuh, mereka sedang berusaha'," ujarnya.

Amrita Lanka meninggal pada pukul 10:17 pada Sabtu pagi, sekitar 21 jam setelah dia tiba di RS Monash's Children Hospital, pada akhir April itu.

Mencari jawaban

Orang tua Amrita menyatakan menyambut baik adanya penyelidikan eksternal atas keadaan yang menyebabkan anaknya mengalami serangan jantung.

"Kami ingin kebenarannya terungkap.Jika itu harus melalui penyelidikan eksternal, silakan saja. Tapi pada akhirnya semua orang yang pergi ke rumah sakit seharusnya merasa aman. Kamiperlutahu apa yang terjadi dalam kasus kami," kata Chandra Lanka.

"

Menurut dia, istrinya sampai lima kali memberi tahu petugas rumah sakit malam itu tentang kesulitan bernapas yang dialami Amrita. Tapi selalu ditepis dan diabaikan.

"

"Istri saya menekan tombol untuk meminta bantuan staf. Stafnya datangtapi mereka mengabaikannya dengan dalih 'mungkin karena perutnya kosong'," katanya.

"Jika saja mereka perhatian pada Amrita dan melakukan sesuatu dari jam 9 malam, mungkin keadaanya berbeda. Kami tidak tahu," tambahnya.

Baca Juga: Usus Buntu: Organ Manusia yang Kerap Dianggap Sisa, Namun Berharga

"Mungkin hari ini Amrita bisa duduk di sebelahku," tukas Satya.

"Kami ingin jawaban. Apa yang terjadi dengan Amrita," katanya.

Dalam sebuah pernyataan, Monash Health mengatakan telah menghubungi keluarga tersebut untuk memberikan dukungan dan pihaknya juga akan melakukan penyelidikan.

Menteri Kesehatan Negara Bagian Victoria Martin Foley menegaskan meminta Monash Health menyelesaikan tinjauan klinis lengkap.

"Mereka telah merujuk kasus ini ke Safer Care Victoria dan Koroner Victoria, yang merupakan praktik standar ketika seorang pasien meninggal dalam perawatan," katanya.

Setelah kejadian ini, muncul desakan untuk mempermudah proses bagi pasien yang ingin mendapatkan pendapat kedua (second opinion).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI