“Pidato pembelaannya menginspirasi dan diberikan tanpa ragu-ragu," ucap Google Doodle dari keterangannya.
Menjadi jurnalis
Ia lalu dibebaskan pada 1934 pada usia 24 tahun. Ketika itulah Rasuna Said mulai terjun ke dunia jurnalistik dan menulis untuk Majalah Raya. Majalah tersebut dikanal radikal, dan bahkan tercatat sebagai tonggak perlawanan masyarakat Sumatera Barat.
Pada 1935, Rasuna Said berhasil menempati posisi sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Raya. Ketika itu gerak-geriknya di tercium oleh pemerintah Belanda, sehingga Polisi Rahasia Belanda mempersempit ruang gerak Rasuna Said dan kawan-kawannya.
Dan setelah Indonesia merdeka pada 1945, Rasuna Said tetap aktif berpolitik dengan bergabung di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia.
Ia juga sempat duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatera yang mewakili kampung halamannya, yakni Sumatera Barat. Lalu ia diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS).
Dan pada 1959 Rasuna Said diangkat menjadi Dewan pertimbangan Agung setelah keluar Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga akhir hayatnya.
Ditetapkan sebagai pahlawan nasional
Pada usia 55 tahun, Rasuna Said menyadari dirinya mengidap kanker payudara. Ia meninggal dunia pada 2 November 1965, di Jakarta. Ia lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Baca Juga: Namanya Diabadikan Menjadi Sebuah Jalan, Ini Sosok Rasuna Said
Pada 13 Desember 1974, ia diangkat menjadi pahlawan nasional setelah sebelumnya dia dianugerahi tanda Kehormatan Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan dan Satyalancana Perintis Pergerakan Kemerdekaan.
Kontributor : Damayanti Kahyangan