Ami dan keluarga pelan-pelan memperbaiki dinding rumahnya. Namun, masalah tidak juga rampung. Proses pembangunan di samping rumahnya membuat dindingnya semakin retak. Bahkan, ada salah satu di sudut rumah itu yang basah dan lembab akibat rembesan air tanah.

"Ini sudah kita kasih wallpaper akhirnya. Dindingnya juga sudah lembab dan basah," terang Ami.
Retak-retak pada dinding Ami semakin meluas. Akhirnya, Ami kembali protes kepada tetangganya. Pada awal tahun ini, tetangga Ami akhirnya mengiyakan untuk membantu mengatasi retakan yang ada di dinding rumah Ami.
Salah satu dinding rumah Ami yang berbatasan langsung dengan pondasi tetangganya saat ini penuh dengan tambalan semen di sana sini.
Mediasi
Namun, proses pengerjaan bangunan belum juga rampung. Ami masih merasakan kebisingan. Dia juga khawatir sewaktu-waktu temboknya bisa runtuh.
"Ini kan tinggal tunggu saja, ibaratnya bom waktu," katanya.
Dia lalu mengadu kepada RW setempat. Tetapi, pengaduan itu tak mendapat respon positif. Ami dan keluarga kemudian mengadu ke pihak kelurahan. Pada 24 Januari 2023, mediasi antara kedua pihak pun diadakan.
Dalam mediasi itu, Ami kembali menemui jalan buntu. Pada 26 Januari, pihak kelurahan, kata Ami, berkesempatan mengunjungi rumahnya dan bangunan tetangganya.
Baca Juga: Pria Lansia Nekat Bawa Kabur Toyota Inova Milik Perusahaan, Mau Pamer di Kampung Istri Kedua

Pada momen itu, Ami mengeluhkan mengenai pondasi bangunan tetangganya yang tidak terdiri dari beton melainkan tumpukan tanah.
"Mereka datang ke sini, awalnya bilang 'Oh ini tanah', tiba-tiba enggak berselang lama 'Oh ini beton'," tutur Ami.
1 Februari 2023, Ami melayangkan keluhannya ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut yang pasti.
Ami berharap kejadian yang menimpa keluarganya bisa ditangani sesegera mungkin. Minimal, tetangganya mau menunjukkan pondasi yang dipakai ketika pembangunan.
"Saya cuma lihat itu saja, benar enggak dia pakai beton atau benar enggak dia pakai tanah. Udah itu saja," terang Ami.