"Itu adalah serangan rudal tanpa peringatan. Setelah serangan itu, debu tebal menyebar sehingga semua orang tidak bisa melihat apapun," ujarnya.

Sejumlah foto yang beredar di media sosial belakangan ini menunjukkan prosesi baptis massal terhadap anak-anak. Para orang tua mencemaskan keselamatan anak-anak itu sehingga memilih segera membaptiskan mereka.
“Umat Kristen di Jalur Gaza tengah bersiap menghadapi skenario terburuk,” kata Munther Isaac, seorang umat Kristen di Tepi Barat.
Gereja Jadi Perlindungan
Sekitar 900 umat Kristiani di Gaza mencari perlindungan di dua gereja, yaitu Gereja Katolik Keluarga Kudus dan Gereja Santo Porphyrius. Gereja yang disebut terakhir berafiliasi dengan komunitas Ortodoks Yunani.
Di Gaza, terdapat sekitar 1.100 orang yang tergabung dalam komunitas Ortodoks Yunani dan komunitas Katolik. Jumlah ini kurang dari 0,05% populasi Jalur Gaza. Mayoritas umat Kristiani ini adalah anggota Ortodoks Yunani.
Menurut seorang umat Gereja Ortodoks Yunani, yang tidak mau disebutkan namanya, sebagian dari umat Kristiani tiba di Gaza setelah peristiwa “Nakba” pada tahun 1948. Nakba adalah terminologi dalam bahasa Arab yang berarti bencana.
Peristiwa "Nakba" memaksa setidaknya 700 ribu warga Palestina mengungsi dari rumah mereka selama perang Arab-Israel.
Selain Nakba, ada pula yang menelusuri akarnya komunitas Kristiani di Gaza hingga ribuan tahun lalu.
Baca Juga: 9 Delegasi Polri Ikut Terbang Ke Palestina, Kawal Misi Bantuan Ke Jalur Gaza
"Ada komunitas umat Kristiani yang telah tinggal di tanah ini sejak tahun 402, setelah mereka berpindah agama dari paganisme ke Kristen,” ujarnya.