Dicibir Bahlil Kala Munas Golkar, Ini Sosok 'Real' Raja Jawa Leluhur Sri Sultan Hamengku Buwono

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 23 Agustus 2024 | 18:05 WIB
Dicibir Bahlil Kala Munas Golkar, Ini Sosok 'Real' Raja Jawa Leluhur Sri Sultan Hamengku Buwono
Raja Amangkurat I (Quora/M Ihsanul Fikri)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pada tahun 1575, Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya memberikan hutan Mentaok kepada Ki Ageng Pamanahan sebagai bentuk apresiasi atas jasanya dalam mengalahkan Arya Penangsang dari Jipang.

Ki Ageng Pamanahan kemudian membangun wilayah baru tersebut dan mengembangkannya hingga tercipta sebuah pusat kekuasaan.

Kepemimpinan Kerajaan Mataram Islam

Raja pertama Kerajaan Mataram Islam adalah Panembahan Senopati, putra Ki Ageng Pamanahan. Kerajaan ini berhasil mencapai masa kejayaannya di bawah kepemimpinan Panembahan Senopati yang cerdas dan berani.

Pada masa kepemimpinan Panembahan Senopati, ia sangat agresif dalam mengembangkan wilayah Mataram. Ia menempatkan para pejabat yang loyal di posisi strategis dan memperkenalkan sistem administrasi yang lebih baik dan maju.

Wilayah Mataram mengalami modernisasi dan reformasi yang signifikan di bawah kepemimpinan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Ia membuat berbagai kebijakan untuk memperkuat sektor ekonomi, militer, dan administrasi, serta mendorong pengembangan infrastruktur.

Ia bahkan mampu memperluas wilayah dan menyatukan tanah Jawa, termasuk Madura. Selain itu, Sultan Agung Hanyakrakusuma juga dikenal gigih melawan kolonialisme. Ia melakukan serangan terhadap pusat kekuasaan VOC di Jawa.

Usai Sultan Agung wafat, putranya, Amangkurat I mendapatkan takhta untuk memimpin Kerajaan Mataram Islam. Di bawah kepemimpinan Amangkurat I, Kerajaan Mataram Islam berada di ujung tanduk hingga mengalami keruntuhan dan konflik internal.

Salah satu tanda keruntuhan yang terjadi adalah serangan yang dilakukan oleh Trunojoyo, yang berhasil menghancurkan pertahanan istana Kerajaan Mataram Islam. Akibat tekanan yang datang dari berbagai penjuru, termasuk VOC dan kerajaan lain, Mataram kehilangan banyak wilayah dan kekuatan politiknya.

Baca Juga: Ketum Golkar Bahlil Lahadalia Sebut-sebut Soal Raja Jawa, Begini Respon Sri Sultan HB X

Keruntuhan Kerajaan Mataram Islam ditandai dengan kesepakatan melalui Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang membagi Kerajaan Mataram Islam menjadi dua bagian, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI