Namun, setelah ketupat dibuka, akan tampak isi nasi yang putih bersih, yang melambangkan kesucian dan kebersihan hati setelah menjalani puasa Ramadhan.
Proses Memasak yang Lama: Ketupat dimasak dengan cara direbus dalam waktu yang cukup lama. Hal ini mengajarkan kesabaran dan ketekunan dalam menghadapi segala cobaan selama bulan puasa.
Bentuk yang Simetris: Bentuk ketupat yang sempurna dan simetris menggambarkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam menjalani ibadah serta kehidupan sehari-hari.
Ungkapan "Ngaku Lepat": Dalam tradisi Jawa, ketupat dikaitkan dengan ungkapan "Ngaku Lepat" yang berarti mengakui kesalahan.
Hidangan ini menjadi simbol permohonan maaf di Hari Raya, sejalan dengan esensi Lebaran itu sendiri.
Alasan yang Mendukung Popularitas Ketupat
Selain nilai filosofi yang mendalam, ketupat juga disukai karena alasan praktis.
Ketupat dapat bertahan cukup lama sehingga cocok dibawa ketika bersilaturahmi dari satu rumah ke rumah lain.
Selain itu, rasa ketupat yang netral membuatnya mudah dipadukan dengan berbagai jenis lauk khas Lebaran, seperti opor ayam, rendang, gulai, dan sambal goreng ati.
Ketupat juga menjadi simbol kebersamaan dan kesederhanaan.
Baca Juga: Keutamaan Membaca Takbir Saat Idul Fitri 2025
Proses membuat ketupat yang melibatkan seluruh anggota keluarga memperkuat nilai gotong-royong dan kebersamaan di tengah masyarakat.
Ketupat menjadi identik dengan Lebaran bukan hanya karena kelezatannya sebagai makanan, tetapi juga karena ia mengandung nilai-nilai budaya, religius, dan sosial yang sangat dalam.
Mulai dari simbolisme "Ngaku Lepat" hingga proses pembuatannya yang melambangkan kesabaran, ketupat adalah bagian penting dari tradisi Lebaran yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia.