suara hijau

Kebakaran Hutan Lebih dari Sekadar Asap: Ancaman Tersembunyi Bagi Laut Terungkap

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 17 Juni 2025 | 18:07 WIB
Kebakaran Hutan Lebih dari Sekadar Asap: Ancaman Tersembunyi Bagi Laut Terungkap
Petugas pemadam kebakaran bekerja di zona kebakaran hutan di perbukitan di Quilpe comune, wilayah Valparaiso, Chili, Sabtu (3/2/2024). [Javier TORRES / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebakaran hutan tak hanya meninggalkan kerusakan di daratan. Penelitian terbaru dari University of British Columbia mengungkap bahwa kebakaran juga berdampak serius pada ekosistem laut, terutama melalui pencemaran air dan gangguan terhadap kemampuan laut menyerap karbon.

Studi yang dilakukan di kawasan Sungai Fraser, Kanada, menunjukkan bahwa kebakaran hutan melepaskan abu, partikel tanah, serta zat kimia berbahaya seperti arsenik dan timbal ke lingkungan.

Senyawa-senyawa ini, bersama dengan nutrien seperti nitrogen dan fosfor, terbawa aliran air menuju laut dan berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.

“Dari analisis kami terhadap data selama 20 tahun, hingga 16,3 persen variasi kualitas air di Sungai Fraser dapat dikaitkan dengan kebakaran hutan,” kata Prof. Brian Hunt, ahli dari Institute for the Oceans and Fisheries (IOF), melansir EurekAlert!, Selasa (17/6/2025).

“Angka ini terbilang tinggi mengingat skala sungai yang luas dan tingkat variasi alami yang besar,” terangnya lagi.

Meski sebagian besar wilayah Sungai Fraser tidak digunakan sebagai sumber air minum, temuan ini menandai kekhawatiran baru: bahwa kebakaran hutan dapat memicu ledakan alga beracun di laut akibat lonjakan nutrien, menurunkan kadar oksigen, dan mengancam kehidupan laut seperti ikan dan kerang.

Dampak yang Langsung dan Tertunda

Peneliti IOF lainnya, Emily Brown, menambahkan bahwa dampak kebakaran terhadap air tidak selalu langsung terjadi.

“Kebakaran yang dekat dengan sungai memberikan dampak cepat karena abu dan zat pencemar cepat masuk ke aliran air. Namun, kebakaran yang lebih jauh baru menunjukkan efeknya hingga 12 bulan setelahnya,” jelasnya.

Baca Juga: Antara Luka dan Harapan: Mengupas Nilai Unik di Balik 'Desiran Angin Laut'.

Dalam konteks perubahan iklim, tren ini menimbulkan kekhawatiran lebih besar. Frekuensi dan intensitas kebakaran hutan terus meningkat, baik di Kanada maupun banyak negara lain, termasuk Indonesia.

“Ini menjadi peringatan bahwa kita harus mulai memetakan dampak kebakaran lintas ekosistem, termasuk bagaimana hal ini memperburuk krisis laut,” ujar Hunt.

Laut, Karbon, dan Ancaman Tersembunyi

Laut berperan penting dalam menyerap karbon dari atmosfer, dan perubahan dalam siklus karbon akibat kebakaran bisa mengganggu fungsi penting ini. Salah satu hasil pembakaran adalah karbon hitam (black carbon), yang lambat terurai dan dapat menetap di laut dalam waktu lama, menyerap karbon secara efektif.

Namun, perubahan iklim mengancam mekanisme ini. “Sebagian besar aliran air di Sungai Fraser masih berasal dari lelehan salju. Tapi dengan pemanasan global, sumber air akan bergeser menjadi hujan. Ini bisa mempercepat pengiriman karbon hitam yang mudah terurai ke laut,” kata Brown.

Akibatnya, karbon yang seharusnya diserap justru dapat dilepaskan kembali ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida, memperburuk pemanasan global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI