Tubuhku Otoritasku! Catatan Kritis Transpuan di 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia

Sabtu, 16 Agustus 2025 | 10:41 WIB
Tubuhku Otoritasku! Catatan Kritis Transpuan di 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia
Sekretaris Jenderal Arus Pelangi, Echa Waode. [Foto: Dok pribadi Echa Waode ]

Namun, tekanan hebat itu tak membuat mereka layu. Sebaliknya, ia justru melahirkan perlawanan yang sunyi tapi kokoh. Di Gorontalo, banyak transpuan yang memilih kehilangan pekerjaan dan kesempatan daripada harus menyembunyikan jati diri mereka.

Bagi Echa, ini adalah bentuk perlawanan paling murni; menolak tubuh dan ekspresi mereka diatur dan dibungkam.

“Ini adalah bentuk penolakan terhadap pembungkaman. Mereka tidak lagi mau diatur tentang ketubuhannya, karena setiap orang punya hak bebas berekspresi yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945,” ujarnya.

Di tengah perayaan kemerdekaan yang terasa asing bagi mereka, kaum transpuan justru sedang merayakan kemerdekaan versi mereka sendiri. Kemerdekaan untuk menjadi diri sendiri, untuk melawan, dan untuk menolak tunduk.

Menutup perbincangan, Echa menitipkan sebuah pesan menohok, sebuah tamparan bagi makna kemerdekaan yang selama ini digaungkan.

“Mari saling menghormati keberagaman. Kalau kita bisa beragam, kenapa harus seragam? Kemerdekaan jangan sekadar seremoni. Tapi harus benar-benar dirasakan setiap hari, oleh siapa pun, tanpa terkecuali!"

_________________________

Artikel ini khusus dibuat Redaksi Suara.com dalam rangka perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia.

Baca Juga: BCA Syariah Gelar Donor Darah Karyawan Sambut HUT ke-80 Republik Indonesia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI