Sementara itu soal pengganti Sri Mulyani, yakni Purbaya Yudhi Sadewa, Said berpesan agar Purbaya tidak mengulangi gaya kepemimpinan ala Menkeu sebelumnya.
Said meminta Purbaya agar tidak melanjutkan kebiasaan Sri Mulyani yang diduga kerap melakukan praktik negosiasi anggaran di “bawah meja” dengan DPR.
Pasalnya, menurut Said kebiasaan tersebut menjadi masalah dalam pengelolaan keuangan negara.
“Sri Mulyani sering melakukan itu (negosiasi di bawah meja). Pembahasan anggaran saya paham itu, hentikan semua itu. Kenapa ada kenaikan tunjangan jabatan, kenapa ada kenaikan biaya kunjungan kerja (kunker), macam-macam. Itu adalah permainan di bawah meja,” ujar Said Didu.
Kemudian, Said Didu juga meminta agar Purbaya tidak mengacuhkan peran Bappenas sebagai Lembaga pemikir Pembangunan.
Said menilai bahwa Sri Mulyani selama ini terlalu mendominasi dalam setiap membuat kebijakan keuangan negara dan tidak memberi ruang bagi Bappenas untuk berkontribusi.
“Yang kedua, Pak Purbaya harus mendengarkan juga Bappenas. Jangan mematikan Bappenas sebagai pemikir. Sri Mulyani betul – betul merasa paling berkuasa di negeri ini tentang keuangan negara. Tidak ada orang yang dianggap sama sekali termasuk siapapun,” ungkapnya.
Said Didu berharap besar pada Purbaya yang dinilai cukup bagus berkiprah di bidang ekonomi.
Purbaya dinilai sebagai sosok yang memiliki rekam jejak professional dalam tata Kelola keuangan negara.
Baca Juga: Gebrakan Menkeu Baru Salurkan Rp 200 T ke Bank Himbara, Apa Dampaknya?
Tak hanya itu, Said Didu menitip pesan juga agar Purbaya tidak jumawa ketika mulai menjabat menjadi Menkeu.
“Pak Purbaya saya agak waswas, jangan jumawa, jangan sombong, ajak yang lain berdiskusi karena pasti pada saat kita sudah di atas, itu pasti akan banyak penjilat – penjilat yang mendekat ke Pak Purbaya,” tegasnya.
Kontributor : Kanita