Dayangga Sola Gratia mungkin beruntung karena berhasil lolos dari kerusuhan maut di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan lebih dari 100 orang tahun lalu, namun bukan berarti ia lepas dari penderitaan. Hingga kini ia masih dihantui trauma dan mengalami gangguan pernapasan kronis.
Dayangga termasuk di antara ribuan suporter yang memadati Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022, untuk menyaksikan pertandingan antara tuan rumah Arema FC melawan rival beratnya, Persebaya Surabaya. Pertandingan yang hanya dihadiri oleh pendukung Arema, karena suporter Persebaya dilarang hadir untuk menghindari bentrokan antara kedua musuh bebuyutan itu, berakhir dengan tragedi ketika polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan para suporter yang marah dan menyerbu lapangan setelah kekalahan tim tuan rumah.
Korban jatuh saat penonton mencoba melarikan diri, berdesakan melalui pintu keluar yang sempit untuk menghindari gas air mata. Penggunaan gas air mata di stadion adalah dilarang Federasi Sepak Bola Dunia, FIFA. Sedikitnya 135 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam kerusuhan itu, yang merupakan salah satu bencana terburuk di dunia di stadion sepak bola.