Peternak babi di Bali dinilai masih berorientasi pada 'on farm' saja, belum berorientasi pada pasar, ataupun industri hilirnya, sehingga peternak belum memiliki data tawar atau bargaining position yang kuat.
Sebagian besar peternak juga disebut belum mampu menembus konsumen secara langsung, penjualan masih melalui rantai cukup panjang. Hal tersebut menyebabkan harga Babi di tingkat peternak jauh lebih murah dibandingkan dengan harga Babi di konsumen.
Padahal peluang pasar Babi di Provinsi Bali masih terbuka lebar. Permintaan babi (baik babi hidup maupun daging), masih tinggi baik dalam memenuhi konsumsi lokal, penjualan antar pulau, ataupun kebutuhan ekspor.