Pada umumnya, psikologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan proses mental atau dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari masalah kejiwaan manusia. Namun, psikologi dalam kesusastraan dapat diartikan sebagai ilmu lintas disiplin yang memiliki hubungan dengan ilmu sastra sehingga dapat dikatakan sebagai psikologi sastra.
Mengapa adanya psikologi sastra dalam kesusastraan? Nah, karena psikologi sastra ini termasuk ke dalam ilmu lintas disiplin maka psikologi sastra memiliki pandangan bahwa sastra sebagai suatu hasil kreativitas para pengarang yang dapat diabadikan. Sastra dapat dikatakan sebagai hasil-hasil atas ungkapan seorang pengarang, yang mana didalamnya terdapat suasana jiwa pengarang, baik suasana akal maupun suasana perasaan. Dengan demikian, ungkapan dari akal dan perasaan pengarang dapat menghasilkan suatu karya sastra. Oleh karena itu, adanya psikologi sastra dalam kesusastraan lantaran sastra dengan psikologi memiliki hubungan yang erat sehingga karya sastra dapat dilakukan dengan menggunakan psikologi sastra.
Wiyatmi (2011), mengungkapkan bahwa psikologi sastra adalah salah satu kajian sastra guna menginterpretasikan karya sastra, pengarang, dan hubungan pengarang dengan karya sastra dalam menggunakan teori psikologi. Adapun menurut Wellek & Warren (1989), mengungkapkan bahwa psikologi dalam sastra dikaitkan dengan psikologi pengarang, psikologi pembaca, dan penerapan prinsip-prinsip psikologi dalam kesusastraan. Dengan demikian, psikologi sastra menjadi wadah untuk memahami karya sastra dan pengarangnya. Dapat diartikan bahwa psikologi sastra bertujuan untuk memberikan pemahaman atas aspek-aspek kejiwaan yang terkandung di dalam suatu karya sastra.