Kriminologi.id - Ratusan ribu anak-anak pengungsi yang tak memiliki pendidikan secara layak di kamp Bangladesh mengancam Rohingya kehilangan generasi, demikian peringatan PBB pada Kamis, 23 Agustus 2018.
Anak pengungsi Rohingya yang tak memiliki pendidikan secara layak di kamp di Bangladesh dapat menjadi "generasi yang hilang", demikian peringatan PBB pada Kamis, 23 Agustus 2018.
Pengungsi Rohingya yang Kembali ke Myanmar Alami Penyiksaan Facebook Akui Gagal Bendung Ujaran Kebencian Terhadap Etnis Rohingya Diplomat Filipina Pimpin Komisi Pelanggaran HAM Etnis Rohingya
Satu tahun lalu, militer Myanmar memulai penindasan yang telah memaksa lebih dari 700.000 orang menyelamatkan diri dari negeri itu.
Kehidupan dan masa depan lebih dari 380.000 anak-anak di berbagai kamp pengungsi di Bangladesh menghadapi ancaman, sementara ratusan ribu anak pengungsi yang masih berada di Myanmar terputus dari bantuan, kata laporan Badan Anak PBB (UNICEF).
Bangladesh melarang pengungsi menerima pendidikan formal, sebab pemerintah prihatin bahwa penduduk Rohingya, yang kebanyakan beragam Islam, bisa menjadi "penghuni tetap", kata Juru Bicara UNICEF Alastair Lawson-Tancred.
Dengan munculnya krisis pengungsi, berbagai badan bantuan mendirikan pusat belajar informal buat anak-anak yang berusia tiga sampai 14 tahun, tapi remaja yang lebih tua merasa terasing dan tak memiliki harapan, kata Lawson-Tancred.
Lembaga bantuan dengan susah-payah telah menyediakan layanan dasar, tapi krisis jauh dari selesai, sementara pengungsi berdesak-desakkan di kamp dengan resiko banjir, tanah longsor serta penyakit, kata UNICEF.