Vaksin Pfizer Disebut Ampuh untuk Anak SD, Efek Sampingnya?

Vaksin COVID-19 Pfizer tampak sangat efektif dalam mencegah infeksi simtomatik pada anak-anak sekolah dasar dan tak menyebabkan masalah keamanan yang tidak terduga.

pantau
Selasa, 26 Oktober 2021 | 12:41 WIB
Vaksin Pfizer Disebut Ampuh untuk Anak SD, Efek Sampingnya?
Sumber: pantau

 Regulator kesehatan Amerika Serikat menyatakan vaksin COVID-19 Pfizer tampak sangat efektif dalam mencegah infeksi simtomatik pada anak-anak sekolah dasar dan tak menyebabkan masalah keamanan yang tidak terduga.

Para ilmuwan di Badan POM Amerika Serikat (FDA) seperti dikutip dari ABC News, Senin (25/10/2021), menemukan vaksin bermanfaat untuk mencegah rawat inap dan kematian akibat COVID-19 lebih besar daripada potensi efek samping serius pada anak-anak.

Jika FDA mengizinkan suntikan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) akan membuat rekomendasi vaksinasi pada anak-anak agar mereka bisa divaksin pada awal bulan.

Suntikan Pfizer sebelumnya direkomendasikan mereka yang berusia 12 tahun atau lebih, tetapi dokter anak dan banyak orang tua dengan cemas menunggu perlindungan bagi anak-anak yang lebih kecil untuk membendung infeksi dari varian delta ekstra menular dan membantu anak-anak tetap bersekolah.

Tinjauan FDA menegaskan studi Pfizer yang menunjukkan suntikan dua dosis hampir 91 persen efektif mencegah infeksi simtomatik pada anak kecil.

Para peneliti menghitung angka tersebut berdasarkan 16 kasus COVID-19 pada anak-anak. Mereka tidak ada penyakit parah yang dilaporkan di antara anak-anak. Bahkan, anak-anak yang divaksinasi memiliki gejala yang jauh lebih ringan daripada rekan-rekan mereka yang tidak divaksinasi.

Sebagian besar data penelitian dikumpulkan di Amerika Serikat selama Agustus dan September, ketika varian delta telah menjadi varian COVID-19 yang dominan di kawasan itu.

Sebuah tinjauan juga memperlihatkan tidak ada efek samping baru atau tak terduga, selain sakit lengan, demam atau pegal-pegal. Namun, ilmuwan FDA mencatat bahwa studi ini tidak cukup besar untuk mendeteksi efek samping yang sangat langka, termasuk miokarditis atau sejenis peradangan jantung yang kadang-kadang terjadi setelah dosis kedua.

BERITA LAINNYA

TERKINI