Perang rakyat Aceh dengan Jepang di Pangkalan Udara Lhoknga, merupakan salah satu faktor penentu yang kemudian membuat Aceh menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang tidak bisa dimasuki Sekutu/NICA, karena persenjataan Jepang di Aceh dilucuti oleh Residen Aceh. Di daerah lain senjata Jepang dilucuti oleh Sekutu/NICA.
Sejarah perang ini bermula dari usaha rakyat Aceh untuk memperoleh persenjataan yang lebih banyak guna menghadapi Sekutu/NICA yang kemungkinan akan masuk ke Aceh. Para pejuang yang datang dari berbagai desa di Aceh Besar, melakukan penyerbuan ke lapangan terbang dan pusat perbekalan Jepang di Lhoknga, Aceh Besar.
Pertempuran besar terjadi antara tentara Jepang yang menggunakan senjata modern, dengan sekitar 5.000 lebih pejuang Aceh bersenjatakan senapan, rencong, kelewang, dan tombak. Pertempuran itu juga diperkuat oleh satu regu pasukan bersenjata dari Angkatan Perang Indonesia/Tentara Keamanan Rakyat (API/TKR).