Di awal awal bulan Desember ini saya dan teman-teman yang sedang belajar Oikumene di Ekumenical Institute Bossey Swiss diberi kesempatan mengungjungi jemaat-jemaat Reformed Church yang ada di Swiss. Dalam kunjungan itu saya bersama dengan seorang teman membantu melayani pesta para senior (elder party) di jemaat itu. Dan saat pesta itu akan berakhir, nyonya pesta mengundang semua orang yang telah membantu di pesta itu untuk hadir di ruang pesta. Saya melihat tuan rumah saya, Hans yang adalah seorang koki, bersama dengan dua rekan kerjanya di dapur berdiri dan memberi salam kepada semua yang hadir di pesta itu.
Para tamu dan undangan bertepuk tangan dan menyampaikan terima kasih kepada mereka bertiga. Kemudian saya melihat nyonya pesta meminta beberapa orang yang telah membantu mempersiapkan meja dan kursi serta ruangan serta membantu menyajikan makanan, untuk hadir di ruangan pesta itu dan menyampaikan terima kasih atas semua partisipasi mereka.
Saya merasakan sungguh, peran orang-orang yang bekerja di “belakang layar” tidak diabaikan atau dilupakan. Peran dan partisipasi mereka dihitung sebagai bagian dari sejarah berlangsungnya pesta itu. Pengalaman singkat, kurang lebih 2 jam itu memberikan insight bagi saya. Bagaimana sejarah besar sebuah bangsa, komunitas beragama, kelompok, keluarga ditulis dan diceritakan? Apakah partisipasi orang-orang yang bekerja di belakang layar juga dianggap sebagai pelaku sejarah atau kah mereka akan diabaikan atau dihapus dalam kisah besar itu? Peran-peran seperti yang dilakukan oleh anak-anak, orang muda, perempuan, orang tua lanjut usia, dan juga kelompok orang-orang kecil banyak yang tidak tercatat, dan dilupakan. Sejarah hanya dicatat sebagai sejarah orang-orang besar dan hebat, yang punya kuasa.