Melihat Tradisi Mulang Pakelem Dari Sudut Pandang Sosiologi

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan beragam kekayaan alam, budaya, dan tempat-tempat wisata

wartamataram
Sabtu, 20 Maret 2021 | 15:46 WIB
Melihat Tradisi Mulang Pakelem Dari Sudut Pandang Sosiologi
Sumber: wartamataram

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan beragam kekayaan alam, budaya, dan tempat-tempat wisata yang yang mampu menarik minat wisatawan dari berbagai penjuru dunia untuk berkunjung dan menikmati fanorama alam yang disuguhkan disuguhkan di dalamnya. Khususnya di kepulauan Lombok terdapat gunung yang sangat terkenal akan keindahannya yaitu gunung samalas yang kini berganti nama menjadi gunung rinjani. Gunung rinjani ialah gunung yang memiliki ketinggian 3.726 MDPL dan memiliki sebuah anak gunung yang disebut dengan gunung anak baru jari,gunung ini juga termasuk dalam jajaran gunung unik, karena adanya sebuah danau dibawah kaldera gunung rinjani yang disebut dengan danau segara anak yang begitu indah memanjakan setiap mata yang memandang. Gunung rinjani tak melulu soal keindahan alam, di gunung rinjani juga biasa dilakukan  sebuah tradisi keagamaan yang disebut  “Mulang Pekelem”.

Sebuah ritual umat hindu di pulau Lombok untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam yang dilakukan setiap lima tahun sekali dan tergolong upacara besar. Dipusatkan di danau segara anak, gunung rinjani Lombok yang dipercaya sebagai tempat sakral, tempat berkumpulnya para Dewa yang memberikan kehidupan dengan kekayaan alam berupa tumbuh-tumbuhan dan sumber air yang mengalirkan air kesebagian besar wilayah di Lombok. Upacara ini adalah refleksi dari konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut didasari untuk memberikan sebuah pengorbanan suci agar alam dibersihkan dari kekuatan jahat dan manusia bisa hidup dalam harmoni dengan alam di sekitarnya. Sejatinya, ritual mulang pekelem adalah perjalanan panjang yang akan melelahkan, menyita waktu, pikiran, dan tenaga luar biasa. Pasalnya, selama tiga hari mereka akan mendaki Gunung Rinjani untuk sampai di Danau Segara Anak, yang diyakini sebagai pusat spiritual di Tanah Sasak.

Berdasarkan tradisi mulang Pekelem yang diadakan di Gunung Rinjani dapat dikaitkan dengan teori structural fungsional dengan pendekatan teori AGIL(adaptation, goal attainment, integration, latent maintenance) oleh Talcott Parson. Agar seluruh sistem dapat hidup dan berlangsung, maka terdapat fungsi atau kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi. Dua hal pokok dari kebutuhan itu ialah yang berhubungan dengan sistem internal atau kebutuhan ketika berhubungan dengan lingkungannya dan yang berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan, serta sarana yang perlu untuk mencapai tujuan. Begitu pula dengan prasyarat agar system dapat menjalankan fungsi dan mencapai tujuan terkait upacara mulang pekelem dapat dijabarkan sebagai berikut: 

BERITA LAINNYA

TERKINI