Suara.com - Padel kini jadi olahraga favorit di Indonesia, memikat dengan lapangan berdinding kaca dan permainan ganda yang seru.
Namun, tahukah kamu ada olahraga lain yang mirip padel, yaitu racquetball?
Meski belum sepopuler padel di Indonesia, racquetball punya daya tarik sendiri dengan intensitas tinggi dan dinamika permainan yang tak kalah seru.
Asal-Usul Racquetball
Racquetball diciptakan pada 1949 oleh Joe Sobek di Amerika Serikat.
Sobek, seorang pemain tenis dan squash, ingin menggabungkan elemen keduanya menjadi olahraga baru yang lebih cepat dan mudah diakses.
![Padel Masih Hits, Tapi Apa Olahraga Ini Bisa Menggesernya? [Tangkap layar X]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/19/83952-atlet-racquetball.jpg)
Lahirlah racquetball, yang kini dimainkan di lebih dari 90 negara, menurut International Racquetball Federation (IRF).
Di Indonesia, racquetball masih terbatas, tetapi mulai menarik perhatian di klub olahraga premium, terutama di Jakarta.
Kemiripan dengan Padel
Baca Juga: Mengenal Pickleball: Saudara Dekat Padel, Bakal Nge-Hits Lagi?
Racquetball dan padel punya banyak kesamaan.
Keduanya dimainkan di lapangan tertutup dengan dinding yang jadi bagian permainan, memungkinkan bola memantul untuk menciptakan strategi unik.
Lapangan racquetball berukuran 12,2 x 6,1 x 6,1 meter, sedikit lebih kecil dari lapangan padel (20 x 10 meter).
Bola racquetball lebih kecil (5,7 cm) dan keras dibandingkan bola padel, yang mirip bola tenis dengan tekanan lebih rendah.
Raket racquetball bersenar, berbeda dengan raket padel yang solid dan berlubang, namun keduanya dirancang untuk kontrol maksimal dalam ruang terbatas.
Perbedaan Utama